Kamis, 12 Desember 2013

Laki - laki di Persimpangan (cerpen)

Diposting oleh Unknown di 08.30
Sebuah cerpen yang menjelaskan kegelisahan seorang gadis remaja SMA yang penasaran dengan sosok misterius. Sosok tersebut sering ia temui ketika perjalanan ia ke sekolah. 
Selamat membaca :)

LAKI- LAKI DI PERSIMPANGAN(CERPEN)





Seberkas cahaya mentari menyisip dari balik gorden bunga-bunga yang menutup jendela. Nella Paramitha masih asik bergumul dengan selimut dan guling. Tak lama kemudian jam beker kepunyaanya berdering, semakin mengganggu tidurnya. Setengah malas Nella pun bangun dan duduk ditepi ranjang mengumpulkan setengah nyawanya yang masih dialam mimpi. Setengah sadar diliriknya jam bekker yang berada dinakas sebelah tempat tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06:35, segera ia bergegas kekamar mandi.

Seperti biasa Nella setiap pagi selalu diantar oleh ayahnya kesekolah. Sekolahnya yang lumayan jauh dari rumahnya, angkutan umum yang kurang memadai, dan Nella yang tidak bisa mengemudikan sepeda motor membuat sang ayah setia menjadi tukang ojek anakknya. Pancaran sinar matahari yang terik mengiringi perputarnya roda sepeda motor yang dikendarai ayah Nella, mereka berpaju melawan waktu. Disepanjang jalan Nella terlihat sangat mengantuk bahkan hampir tertidur diatas motor. Untuk mengalihkan rasa kantuknya Nella melihat kanan kiri situasi jalanan yang dilewatinya. Hilir mudik kendaraan pekerja, anak sekolah, bis karyawan, angkutan umum plat hitam, dan kesibukan pagi lainnya menjadi makanan hari-hari dalam perjalanannya kesekolah. Apalagi saat ia melawati persimpangan dimana tiga ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Semua kendaraan tidak ada yang mau mengalah semuanya ingin mempunyai hak terlebih dahulu untuk menggunakan persimpangan. Terlebih lagi jika ada angkutan umum nakal yang menurunkan penumpangannya dipinggir jalan. Suara klakson mengiang tidak ada habisnya menambah ruwet dan semerawut keadaan.

Ditengah keramaian jalanan tepatnya setelah persimpangan mata Nella tertuju pada sosok laki-laki dengan seragam putih abu-abu yang berdiri didepan kios fotocopy. Nella mengamati jelas sosok laki-laki itu. Perawakannya yang tinggi tegap, seragamnya yang mulai lusuh, warna kulit yang keemasan karna pantulan sinar mentari dan wajahnya yang tampan. Namun ada sesuatu yang menarik perhatian Nella. Wajah tampannya yang pucat dan sepasang bola mata memandang kosong. Saat menatap matanya ada sesuatu yang dirasakan Nella. Sesuatu hal yang susah dijelaskan sampai membua jantungnya berdegup. Nella terus memandangi tanpa bosan sampai motor yang dilaju ayahnya menjauh dan ia hanya bisa menerawang. Ada yang berbeda dalam hati Nella setelah pandangan pertamanya. Ia pun senyam-senyum sendiri disepanjang jalan sampai tidak terasa sudah berada digerbang sekolah. Setelah berpamitan dengan ayahnya ia setengah belari menuju pekarangan sekolah karna gerbang sudah setengah tertutup.

“Pagi-pagi senyam-senyum sendiri, udah seperti orang kesambet lo Nel” seru Fikria teman sebangku Nella.

“Iya tau nih masuk kelas udah begini, biasanya mesem-mesem tuh muka.” timpal Feby yang duduk persis dibelakang Nella.
Nellla tidak menjawab ia malah makin senyam-senyum gak karuan bahkan kali ini ia mendongakkan kepalanya.

“Aduh kalian ini kenapa sih, gue ga kenapa-kenapa kok.” Fikria menoyor kepala Nella. Nella pun meringgis  kesakitan.

“Lagian elo diam saja diajak ngomong.” sahut Feby. “Emang elo lagi seneng kenapa? Hayoo pasti tadi habis mimpiin Pangeran Rizel yah?” goba Feby sambil memincingkan matanya yang lucu.

“Masih pagi-pagi sudah ngomongin Rizel bikin gue badmood saja.” dengus kesal Nella. “Tadi gue dijalan ketemu sama cowok ganteng, asli ganteng banget. Tapi…” Tiba-tiba Nella tidak melanjutkan  ucapannya.

“Tapi kenapa Nell?” Fikria mulai penasaran dengan cerita Nella.

“Ada sesuatu yang aneh gitu, dan gue gak tau apa itu. Saat gue tatap matanya kok tiba-tiba gue merasakan yang aneh” ujar Nella. Fikria mengerutkan dahi bertanya-tanya.

“Alah lo yang norak baru ngelihat cowok ganteng yakan?” celetuk Feby dengan santainya.

“Enak aja elo ngomong, ini tuh beda tatap matanya kosong. Susah lah diungkapin dengan kata-kata.” bela Nella.
Obrolan mereka pun harus disudahi karna Bu Wuryani guru matematika sudah memasuki kelas.

Hari ini disemua pelajaran Nella tampak tidak konsentrasi. Pikirannya terus tertuju pada sosok laki-laki yang ia lihat dipersimpangan tadi. Sepertinya fikirannya sudah terkontaminasi. Masih jelas terlintas bayangan laki-laki tersebut. Tapi yang menjadi pertanyaan mengapa bulu kuduknya merinding saat menatap bola matanya. Apa itu reaksi yang wajar saat cinta pandangan pertama. Sepertinya ada sesuatu dibalik mata laki-laki tersebut.

                                                                   *****                                                                                             

Pagi ini Nella bangun lebih pagi. Mungkin alasan ingin melihat sosok laki-laki kemarin sehingga ia lebih semangat bangun pagi. Mama dan papanya kaget melihat anaknya sudah duduk manis dimeja makan. Padahal ini masih pukul 06:00 pagi. Belum habis cangkir kopi ayahnya, Nella susah memaksa untuk cepat berangkat sekolah.
Diperjalanan sebelum persimpangan detak jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia sangat berharap pagi ini dapat bertemu kembali dengan laki-laki itu. Persimpangan pun kini dilewati. Sosok laki-laki kemarin masih tampak berdiri didepan kios fotocopy seperti kemarin. Tidak ada perubahan semuanya sama. Seragam lusuhnya, wajah pucatnya malah kini semakin terlihat pucat bahkan bibirnya sedikit memutih. Nella memandang lekat laki-laki itu. Sorot mata keduanya kembali bertemu dan mengikat. Mata laki-laki itu seakan mendorong mata Nella untuk semakin dalam masuk kedalam dunianya. Pancaran mata tersebut seketika menghipnotis Nella. Rasa penasaran dalam diri Nella semakin kuat menyelimuti batin dan fikirannya.

“Feb, Fik hari ini gue ketemu cowok itu lagi, daan emang bener ada yang aneh dibalik tatapan dia.” Nella menghampiri kedua temannya. Ia mengambil posisi duduk berhadapan dengan mereka. Pagi ini sudah diawali dengan cerita perihal sosok cowok misterius itu. Teman-temannya pun ikut penasaran dan antusias mendengar celoteh Nella.

“Gue jadi penasaran sama itu cowok, elo tau gak nama dia siapa?” tanya Feby.

“Gue gak tau Feb.” jawab Nella ala kadarnya.

“Kalau sekolahnya elo tau?”Nella tidak menjawab ia hanya menggeleng, Feby pun mengerti apa maksudnya.

“Kenapa gak elo tanya Nell, kenalan gitu ?” Fikria ikut menimbrungi.

“Dasar dodol masa iya gue nyuruh ayah gue berhenti terus gue turun dan ngajak tuh cowok kenalan!” seru Nella kesal.

“Iya juga yah.” Setengah berfikir “Bagaimana kalau elo foto cowok itu biar gue sama Feby tau.” Fikria melanjutkan ide konyolnya. Nella menghembuskan nafas panjang kesal dengan ide bin ajaib dari temannya ini. Fikria hari ini kelewat tulalit padahal diantara mereka Fikria lah yang lebih pintar. Tapi disaat yang seperti ini ide-nya sangat menjengkelkan. Melihat reaksi Nella, Fikria hanya menyengir memasang wajah innocent-nya. Itu membuat Nella semakin geregetan dan Feby hanya terkekeh melihat kedua temannya itu.

Sama seperti hari kemarin hari ini pun otaknya dipenuhi oleh bayang-bayang laki-laki misterius tersebut. Semua pelajaran hari ini hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, tidak ada satu pun yang nyangkut diotaknya. Nella semakin tidak karuan dengan apa yang terjadi pada dirinya. Membuat ia gila dengan sosok asing yang ia-pun tidak mengenalinya. Hanya dengan tatapan mata ia seperti terhipnotis. Apa ini cinta? Nella jatuh cinta pandangan pertama. Jatuh cinta pada orang yang ia tidak tau namanya. Sungguh aneh tapi itu yang dirasakan Nella.

                                                                         *****



Entah apa yang membawanya kini ia persis tepat di depan kios copocopy tersebut. Sosok laki-laki yang dilihatnya dua hari berturut-turut kini hampir dekat denganya. Tatapan mata tanpa ekspresi hanya beberapa langkah darinya. Entah dari mana angin serasa kencang berhembus membuat bulu kuduknya merinding. Perlahan namun pasti Nella mendekati laki-laki tersebut untuk menuntaskan rasa penasarannya. Nella sudah berada didepan pemilik wajah pucat tersebut. Rasa canggung menyelimuti, untuk dapat menyapanya saja ia bingung. “Hey sedang apa disini” suara Nella bergetar ia sendiri pun tidak tahu apa yang membuatnya gemetar. Rasa grogi atau rasa takut. Lelaki tersebut tidak membalas. Bibirnya yang memutih tetap diam tidak bergerak. Nella semakin bingung keringat dingin pun meleleh didahinya. Tiba-tiba laki-laki tersebut menggenggam tangan Nella. Rasa dingin menjulur diseluruh tubuh. Tanpa bicara lelaki tersebut membawa Nella ke suatu tempat. Nella seperti terhipnotis ia hanya mengikuti saja.

Lelaki tersebut membawa Nella ketempat yang tidak jelas bahkan sulit digambarkan. Semuanya putih menyilaukan. Tiba-tiba ia melihat sebuah motor ninja berwarna merah melaju sangat kencang. Tidak lama dari arah berlawanan sebuah truk tronton melaju dengan kecepatan sedang. Sangking kencangnya sang pengendara motor tidak melihat kalau ada lubang besar didepannya. Untuk menghindari sang pengendara menge-rem mendadak namun tubuhnya terpelanting ke aspal. Nella berteriak sekencang-kencangnya “Awas ada truk…!!!” Truk tronton yang bermuatan banyak itu melindas tubuh sang pengendara bermotor yang tidak berdaya. Nella seketika mati kutu ia seperti melihat adegan tersebut nyata. Darah segar mengalir deras diaspal, tubuhnya remuk seperti tak bertulang, seragam sekolah putih abu-abunya bersimbah darah, potongan isi tubuhnya berantakan, namun kepala sang pengendara motor masih utuh dan helm yang menempel dikepalanya terlepas. Begitu kaget hampir copot jantung Nella setelah melihat wajah pengendara yang tidak bernyawa itu sama persis seperti wajah lelaki yang ada disampingnya.

Nella sangat ketakutan mulutnya menganga antara percaya atau tidak. Ia menatap lelaki disampingnya ketakutan, tubuhnya gemetar hebat. Lelaki tersebut melukiskan senyum dibibir pucatnya. Tanpa berkata apa-apa lelaki tersebut memberikan sebuah surat beramplop merah mudah. Tanda tanya muncul dibenaknya untuk apa dan untuk siapa amplok tersebut. Namun tiba-tiba lelaki tersebut menghilang melebur seperti debu.

“aaaahhhhaaaah”

“aaaaaaahhhhha”

“aaaahhhhhaaaa”

Nafasnya kian memburu degup jantungnya seperti orang habis berlari maraton. Nella terbangun dari tidurnya. “Sial ! kenapa aku bermimpi seram seperti tadi. Laki-laki tersebut, kecelakaan, berdarah. Aaaarrrgghhhh !” Nella mengurut-urut kepalanya. “Tidak habis fikir kenapa aku harus mimpikan lelaki asing? Dan kenapa mimpinya aneh? Apa ada sesuatu?” Kepalanya pusing, ia melirik jam bekker diatas nakas menunjukkan pukul 02:45. Masih malam pikirnya ia pun melanjutkan tidurnya. Namun entah kenapa matanya sulit terpejam. Bayangan-bayangan mimpi buruk tadi masih jelas tergambar.

                                                                             *****



Setelah ia terbangun dari mimpi buruknya ia tidak dapat melanjutkan tidur sampai pagi begini. Kepalanya terasa berat, matanya ngantuk sekali. Rasanya ia malas datang kesekolah. Namun rahasia dibalik laki-laki dan mimpinya semalam membuat Nella niat berangkat sekolah. Ia tidak sabar ingin melihat lelaki tersebut di persimpangan.

Perjalanan kesekolah menjadi sesuatu yang ditungu-tunggu. Kali ini ia meminta kepada ayahnya untuk memperlambat laju sepeda motor. Belum sampai di persimpangan degup jantungnya sudah lebih cepat dan aliran darahnya pun berdesir lebih hebat dari biasanya. Dan akhirnya lelaki pucat tersebut kembali bertengger didepan kios fotocopy. Ini sudah memasuki hari ke tiga setelah dua hari lalu Nella melihatnya. Tapi kenapa tidak ada yang berbeda. Seharusnya ia berganti seragam, bukankah setiap dua atau tiga hari sekali tiap sekolah harus berganti seragam. Tidak ada perubahan semuanya sama. Posisinya, seragamnya, sama seperti kemarin atau dua hari yang lalu. Nella mengamati inci demi inci lelaki tersebut. Benar saja lelaki ini mirip sekali dengan lelaki yang ada dimimpi buruknya. Seulas senyum mengembang diwajah laki-laki tersebut. Sama, dan sangat persis dengan senyum laki-laki yang tadi malam ada dimimpi buruknya. Lagi, dan lagi bulu kuduknya berdiri. “Kenapa setiap aku melihatnya aku merasa merinding? Ada apa dengannya?” Nella bertanya pada batin.

                                                                     *****

“Kusut banget muka lo Nel? Kenapa?” tanya Fikria.

“Gue tebak, pasti hari ini elo gak ketemu cowok gantang dipersimpangan itu yah?” timpal Feby. Nella tidak menjawab ia melanjutkan jalan kebangkunya.

“Eh ini orang ditanya malah meloyor pergi?” Feby dan Fikria mengekor dibelakang Nella.

“Ini aneh, bener-bener aneh.” ucap Nella membuat kedua dahi sahabatnya mengkerut bingung.

“Aneh kenapa sih, yang ada lo tu yang aneh.” sahut Feby sedangkan Fikria hanya manggut-manggut saja dibelakang. Nella pun bercerita panjang lebar tentang mimpinya semalam. Berharap kedua sahabatnya menanggapi ini dengan serius.

“Namanya mimpi itu bunga tidur. Sudah gak usah difikirin. Mungkin gara-gara elo terlalu mikirin cowok di persimpangan itu jadi elo mimpiin dia.” komentar Feby yang sebenarnya tidak diinginkan Nella. Menurutnya mimpi tadi malam bukan lah hanya bunga tidur tapi ada sesuatu lain yang masih jadi misteri.

“Iya benar itu yang dibilang Feby. Sudah enjoy saja jangan difikirin. Terus masalah lelaki itu bagaimana sekali-sekali lo temuin. Biar lo tau dia itu siapa.” Kini giliran Fikria yang berkomentar. Nella menengadahkan kepalanya, sedikit berfikir. Ucapan terakhir Fikria ada benarnya ia harus bertemu dengan lelaki tersebut.

“Nanti pulang sekolah gue bakal mampir di fotocopy tersebut. Lo berdua temenin gue yah?” Nella beranjak dari bangkunya dan membalikkan tubuhnya menghadap kedua sahabatnya.

“Kok kita berdua ikut-ikutan sih? Kita kan beda arah sama rumah lo.” sahut Feby diikuti dehem-an Fikria.

“Elo kan sahabat gue? kalian tega gue sendirian pecahin masalah ini.” Nella merajuk dan meloyor pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
“Eh eh tuh kan kayak anak bocah ngambek. Iya kita bantuin kok, kan best friend together.” Fikria segera mengekor Nella diikuti dengan Feby.

“Jangan ngambek dong Nella cantik. Oke nanti pulang sekolah kita beraksi seperti detekti untuk mencari cowok yang sudah buat sahabat gue gila kayak gini.” Ucap Fikria sambil memincingkan matanya yang lucu. Kemudian Feby dan Nella pun tertawa.

                                                                                               
 *****




Bel istirahat berbunyi semua murid berhamburan keluar kelas. Nella, Feby dan Fikria pun keluar menuju toilet wanita. Pelajaran PKN tadi membuatnya ngantuk bahkan hampir tertidur. Bukanya hanya Nella tapi satu ruang kelas matanya berkunang-kunang menahan kantuk. Pak Suryadi yangt mengajar seperti mendongeng sehingga menina-bobokan seisi ruang kelas. Sampai ditoilet wanita Nella hendak mencuci muka. Dibasuhnya wajah mulusnya dengan air dari wastafel. Tubuh Nella terpantul dicermin sangat berantakan. Kantung matanya membesar, efek tidak bisa tidur semalam. Rambutnya acak-acakan tergurai tidak teratur.

“Nell, hari ini lo kenapa sih muka lo kusut, rambut acak-acakan, dikelas nguap melulu.” Ujar Fikria menatap Nella dicermin.

“Kan sudah gue bilang ini gara-gara mimpiin cowok dipersimpangan itu. Makanya gue minta tolong sama kalian berdua buat mencari tau siapa dia.” ucap Nella sambil menyisir rambutnya dengan cari tangan.

“Tapi apa nanti kita bakal ketemu cowok itu? Kita kan gak tahu rumahnya dimana.” ucap Feby yang mematahkan semangat Nella.

“Iya juga sih terus gimana dong?” tanya Nella yang sambil berbalik badan memunggungi cermin.

Kedua sahabatnya diam berfikir. Seketika toilet wanita hening karena hanya Nella dan kedua sahabatnya saja yang ada disini.

“Kalian kelamaan mikirnya, yasudah nanti pulang sekolah kita jadi ke persimpangan itu. Nanti gue coba tanya sama yang punya kios fotocopy, cowok itu kan setiap pagi berada disana. Siapa tau dia anak, atau saudaranya yang punya kios fotocopy tersebut.” celoteh Nella bersemangat. Kedua sahabatnya hanya menganguk meng-iya-kan.
Setelah mereka bertiga fix dengan rencananya. Mereka keluar toilet hendak kekelas karena sebentar lagi bel masuk kelas berbunyi.

                                                                               
*****



Mereka bertiga sampai di persimpangan jalan. Tepat didepan kios fotocopy tersebut. Namun tidak terlihat lelaki yang cari. Nella, Fikria, dan Feby seperti anak hilang berdiri dipinggir jalan. Tidak tahu harus ngapain.

“Kan sudah sampai didepan fotocopy, terus kenapa kita masih diam disini Nell? Katanya elo mau tanya sama pemilik kios fotocopy itu.” tanya Feby.

“Tapi gue malu Feb, gimana gue mulai tanyanya yah” sahut Nella.

“Yaudah begini saja, nanti gue pura-pura beli sesuatu. Nah elo sekalian tanya tentang laki-laki yang biasa setiap pagi berdiri disini.” ujar Fikria memberi ide cermelang. Mereka melangkah bersamaan kedalam kios fotocopy tersebut. Mata Nella menerawang sekelilingan. Ia mendengar seperti ada yang memanggilnya sayup-sayup.

“Eh kalian disini dulu yah. Beli apa gitu supaya gak bengong. Nah gue mau kesana dulu.” ucap pelan Nella sambil menunjuk samping kios fotocopy ini.

“Elo ngapain kesana? Bukannya elo mau tanya sama pemilik kios fotocopy ini.” Feby menggaruk-garuk kepalanya tidak gatal. Ia bingung dengan tingkah aneh Nella.

“Iya nanti gue tanyanya. Sekarang elo pura-pura beli apa dulu. Oia elo beli kertas karton saja buat praktek seni budaya. Gue mau kesana dulu, kalian jangan ikut. Ini penting.” ucap Nella. 

Kedua temannya mengikuti saja kemauan Nella. Walaupun Fikria dan Feby tidak mengerti apa yang hendak dilakukan Nella disamping kios ini. Nella melangkah mebcari sumber suara yang memanggilnya. Suara itu membimbing Nella kesamping tembok kios. Rasa takut bercampur penasaran menjalar dari kepala sampai kaki. Disana ia melihat lelaki berdiri membelakanginya. “Siapa laki-laki itu? Apa dia yang memanggil aku tadi. Tapi kenapa dia tahu nama aku?” gumam Nella sendiri. Nella melangkahkan kaki mendekati lelaki tersebut. Kini ia telah berhadapan lekat dengan laki-laki tersebut. Namun lelaki tersebut masih membelakangi. Dengan penuh keberanian Nella ingin menyentuh pundak lelaki tersebut. Tapi sebelum tanggannya menyentuh pundak lelaki tersebut membalikkan badan. Kaget tidak percaya ternyata lelaki dihadapannya adalah lelaki yang selama tiga hari ini dilihatnya. Iyah, laki-laki yang ada dimimpinya tadi malam dan membuat hari-hari Nella menjadi aneh. Keringat mulai bercucuran, hawa dingin bercampur aneh merasuk sampai ketulang, wajah pucat yang selama ini membuat ia penasaran kini hanya beberapa centi dari wajahnya. Itu membuat dirinya bergidik merinding.

“Kamu mencari aku?” suara berat agak serak terdengar dari bibir lelaki yang ada dihadapannya.

“Eee….eee…” Nella hanya dapat bergumam, lidahnya keluh. Ia menelan air liurnya untuk menetralkan rasa takut. Ia bingung kenapa lelaki ini bisa tahu tujuannya datang kesini.

Lelaki tersebut tersenyum, senyum yang manis menghias dibibir pucatnya. Wajahnya tampan, memang sangat tampan. Rahangnya tirus, hidungnya macung dengan garis yang ramping, sepasang mata hitam bulat yang menusuk dan dilengkapi alis tebal membuat sorot matanya makin tajam. Sungguh apik. Tapi kenapa Nella takut memandang wajahnya bahkan merinding jika menatap sepajang bola matanya.

“Kenapa kamu tau, memang kamu….” Belum selesai Nella bicara.

“Aku Satria, kamu pasti Nella” Lelaki tersebut memotong ucapan Nella. Nella semakin bingung kenapa lagi-lagi dia tau apa yang ada difikirannya. Tadinya Nella ingin bertanya siapa dia tapi sebelum ucapannya selesai lelaki itu sudah menjawabnya. Terlebih kenapa dia tau nama Nella padahal baru kali ini mereka bertemu. Nella mencoba mencubit lengannya sendiri, mungkin ini hanya mimpi. “aww..” ia meringis pelan. Ternyata ini bukan mimpi ini nyata.

“Kok kamu tau? Sebenarnya kamu ini siapa kenapa kamu tau semua yang ada difikiran aku.” tanya Nella ketakutan.

“Karena hanya kamu yang dapat membantu aku.”

“Bantu? Aku bantu apa?” Nella semakin tidak mengerti apa yang terjadi.



“Nella…. Nella…” teriak Fikria beberapa langkah dibelakang Nella. Ia pun berbalik badan menghampiri Fikria.

“Fik, gue sudah ketemu orangnya. Ternyata namanya Satria itu orangnya ada dibelakang.” Nella dengan semangat menarik pergelangan tangan Fikria, namun ia kaget setelah melihat ke belakang kalau Satria sudah tidak ada. Dicarinya lelaki tersebut tapi tetap tidak ada.

“Satria…satriaaa. Kamu dimana? Kok ngehilang gitu saja sih?” berkali-kali nama Satria dipanggil namun ia tidak menampakkan diri.

“Uuughhh gak sopan masa pergi gitu saja.” Dengus kesal Nella. Sedangkan Fikria masih bengong melihat tingkah Nella.

“Tadi itu Satria ada disini Fik, beneran gue gak bohong. Malah tadi sempat mengobrol sedikit. Mungkin dia malu kali ada elo yah.” Nella masih mencoba meyakinkan Fikria kalau tadi ia benar bertemu dengan lelaki yang selama ini membuat Nella penasaran.

“Nell, kok sakit yah? Jelas-jelas tadi gue cuma melihat elo disini sendiri. Cuma sendirian. Makanya gue panggil elo karena ada yang gak beres, elo ngomong sendiri.”

“Enggak Fik, gue tadi disini bareng Satria.” Nella tetap kekeuh tak mau kalah.

“Yaudah kita pulang saja yuk, biar elo istirahat.” Ajak Fikria lembut, ia masih pengertian dengan kondisi sahabatnya yang begini. Mungkin pikir Fikria, Nella hanya frustasi dengan sosok lelaki misterius itu. Nella menurut saja, kepalanya linglung dan tubuhnya lemas.

“Fik, Nella kenapa? Kok dia begini?” ucap Feby yang sedari tadi menunggu kedua sahabatnya di bangku panjang depan kios fotocopy. Feby ikut memegangi tubuh Nella yang lemas. Lalu membuka tasnya mengambil air mineral sisa disekolah tadi. Beberapa tegukkan air dapat sedikit menyegarkan tenggorokkan Nella. Ia berdiri tegap menuju meja etalase disana berdiri seorang bapak-bapak berusia kira-kira  40 tahun yang sedang merapihkan barang-barang dagangannya.

“Permisi pak, saya mau tanya disini ada yang namanya Satria gak? Wanak SMA?” tanya Nella menuntaskan hasrat penasarannya.

“Disini gak ada yang namanya Satria neng.” jawab bapak itu dan kembali menyapukan kemoceng dimeja etalasenya.

“Serius pak? Kalau tetanggga disekitar sini gak ada yang namanya Satria.” Nella bertanya lagi sebab belum puas.

“Iya neng, saya sudah tingggal disini kira-kira 10 tahun masa saya tidak peka sam lingkungan disini. Pasti saya tau tetangga-tetangga saya neng.” jawab pemilik fotocopy itu lagi. Tiba-tiba Nella teringat mimpinya semalam. Kecelakaan, lelaki itu, mungkin ada kaitannya disini pikir Nella.

“Pak disini pernah terjadi kecelakaan gak? Yang korbannya anak sekolah?”

Setengah berfikir bapak pemilik fotocopy itu seperti mengingat sesuatu. “Pernah neng, baru empat hari yang lalu terjadi kecelakaan tepat didepan sini. Seorang pengendara motor kalau tidak salah motor ninja merah  tewas terlindas truk tronton badannya remuk. Naasnya ternyata korbannya itu anak SMA. Seragam putih abu-abu yang dipakainya darah semua sampai merembas pokonya ngeri neng ngelihatnya.” Setelah mendengar cerita dari bapat tersebut tubuh Nella sempoyongan. Kedua sahabatnya yang melihat langsung memapah agar Nellla tidak tumbang.

“Nell, lo kenapa nel?” Feby mengusap-usap kening Nella ia sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.

“Fik, Feb, antar gue pulang yah. Gue gak kuat.” Suara Nella melamah.

                                                                     *****



Nella tidak bisa tidur, dari tadi ia hanya membalik-balik badannya saja samapi seprei dan selimutnya berantakan. Ia masih tidak percaya dengan hari ini. Apalagi ditambah kenyataan kalau ternyata lelaki di persimpangan yang setiap pagi dilihatnya ketika berangkat sekolah ternyata adalah hantu. Satria, ternyata satri itu sudah meninggal. Mimpi buruknya kemarin malam ternyata adalah peristiwa nyata kecelakaan Satria. Kecelakaan tersebut terjadi empat hari lalu, sekarang hari Kamis berarti kecelakaan tersebut terjadi hari Senin. Dan saat pertama kali Nella melihat Satria itu hari Selasa. Berarti dari awal Nella hanya melihat hantu.

“Aaaaaarrrgggg ! kenapa ini harus terjadi sama aku. Kenapa harus aku Ya Allah? Apa maksud dari semua ini. Aku bertemu hantu, memimpikan hantu, dan berbicara dengan hantu? apa aku sudah gila.” Nella mengutuki dirinya sendiri. Ia menarik nafas pajnag dan menghembuskan dengan keras. Lalu mencoba memejamkan matanya agar tertidur. Tiba-tiba terdengar suara yang entah dari mana asalnya. Jantung Nella berpacu sangat cepat, keringat dingin mengalir, diikuti bulu kuduk yang merinding. Ia menutup wajahnya dengan bantal lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.


                                                            ““Karena hanya kamu yang dapat membantu aku.”

*Mohon maaf kalau banyak kesalahan dalam kata, tanda baca, EYD. Karna masih tahap belajar dan terus belajar



0 komentar:

Posting Komentar

 

Olive's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review