Sabtu, 19 Maret 2016

Terapi Humanistik Eksistensial (softskill M2)

Diposting oleh Unknown di 20.02
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi para pembaca

Pada tulisan kali ini saya akan membahas tentang Terapi Humanistik Eksistensial. Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Psikoterapi semester 6 untuk minggu kedua. Dalam tulisan ini sebelum masuk ke inti pembahasan terapi humanistik nya, saya akan membahas sedikit riwayat sang tokoh yaitu Carl Roger dan teori-teorinya dalam Psikologi Humanistik. Materi tulisan ini saya dapatkan dari beberapa sumber yang jelas seperti dari modul kuliah dan beberapa jurnal. Selamat membaca, semoga bermanfaat 




Sejarah dan riwayat Carl Rogers.
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).

Teori Carl Rogers dalam Psikologi Humanistik


 Asumsi-asumsi dasar dari teori humanistikmeliputi dua asumsi besar yaitu kecenderungan formatif dan kecenderungan mengaktualisasi diri. Kecenderungan formatif merupakan kecenderungan terhadap  semua hal, baik organis maupun anorganis untuk berkembang dari suatu bentuk yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Kecenderungan mengaktualisasi merupakan kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya (J Feist dan Gregory J. Feist, (2008;273). Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya. Kecenderungan ini satu-satunya motif yang dimiliki manusia. Kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar, mengekspresikan emosi-emosi mendalam yang dirasakan, dan menerima diri seseorang.
 Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.

Terapi Eksistensial Humanistik


Pengertian :
Menurut Gerald Corey terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Selanjutnya menurut Kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
Terapi Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia dan sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi - potensi yang baik minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa estetika.
Tujuan :
Tujuan mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan dalam hidup manusia sendiri. Juga diarahkan untuk membantu klien agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yangb bermakna.

Fungsi dan Peran Terapis:
            Dalam pandangan eksistensialis tugas utama dari seorang terapis adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketakberdayaan, keputusasaan, ketakbermaknaan, dan kekosongan eksistensial serta berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Memandang bahwa tugas terapis bukanlah untuk merawat atau mengobati pasien, akan tetapi diantaranya adalah membantu klien agar menyadari tentang apa yang sedang mereka lakukan, dan untuk membantu mereka keluar dari posisi peran sebagai korban dalam hidupnya dalam keberadaanya di dunia.  “Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Frankl (1959), menjabarkan peran terapis bukanlah menyampaikan kepada klien apa makna hidup yang harus diciptakannya, melainkan mengungkapkan bahwa klien bisa menemukan makna, bahkan dari penderitaan. Dengan pandangannya itu Frankl bukan hendak menyebarkan aroma yang pesimistik dari filsafat eksistensial, melainkan mengingatkan bahwa penderitaan manusia (aspek-aspek tragis dan negatif dari hidup ) bisa diubah menjadi prestasi melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu. Frankl juga menekankan nbahwa orang-orang bisa menghadapi penderitaan, perasaan berdosa, kematian, dan dalam konfrontasi menantang penderitaan, sehingga mencapai kemenangan. Ketidak bermaknaan dan kehampaan eksistensial adalah masalah-masalah utama yang harus dihadapi dalam proses terapiutik.

Proses Terapi Eksistensial Humanistik :
Terapis eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, terapis perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretsai dan tetap memberikan kebebasan pada klien untuk memilih sendiri manakah diantara alternatif-alternatif yang telah diberikan. Untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran terapis tentang isu-isu kematian, isolasi, putus asa dan rasa bersalah, terapis perlu melibatkan dirinya dalam kehidupan klien. Untuk mencapai kondisi seperti itu, terapis harus mengkomunikasikan empati, respek, atau penghargaan, dukungan, dorongan, keterbukaan, dan kepedulian yang tulus. Sepanjang proses terapi, terapis harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga mereka dapat memahami pandangan-pandangan terapis kemudian membantunya mengekspresikan ketakutan-ketakutannya dan mengambil tanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.
Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi terapis dan hubungan terapis-klien sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik ( suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi). Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.

Proses terapis oleh para eksistensial meliputi tiga tahap :
1. Tahap pertama, terapis membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Terapis mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
2. Pada tahap kedua, terapis  didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
 3. Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.



Sumber :
·         Ratu, B. (2014). “Psikologi Humanistik (Carl Rogers) dalam Bimbingan dan Konseling”. Jurnal FKIP Universitas Tadulako. Vol. 17 No. 3. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Kreatif/article/view/3349/2385 diakses pada tanggal 20 Maret pukul 09.17 WIB

·         http://digilib.uinsby.ac.id/10126/6/bab%202.pdf Modul perkuliahan

PHDAN HUMANISTIK, A MASLOW - modul.mercubuana.ac.id

0 komentar:

Posting Komentar

 

Olive's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review