Minggu, 04 Mei 2014

Menganalisi Hasil Penelitian Eksplorasi Gaya & Strategi Regulasi Belajar Mahasiswa

Diposting oleh Unknown di 23.33 0 komentar
Salam blogger. 
Pada posting blog ini saya peruntukan sebagai tugas Matematika dan Ilmu Ilmiah Dasar. Dalam tugas ini saya menggunakan hasil penelitian jurnal UGM, yang ditulis oleh Asmadi Alsa, Wahyu Widhiarso dan Yuli Fajar Susetyo  Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. File (PDF)

Pendahuluan 
Latar Belakang Masalah
Popularitas pembelajaran  (student  centered  learning/SCL) SCL di perguruan tinggi  tidak serta merta bebas dari  kritik  para  ahli.  O’Sullivan  (2003)  mengatakan  bahwa  pada kondisi  sekolah yang memiliki keterbatasan akses dan sumber daya yang terbatas, SCL tidak dapat diterapkan  secara  ekstrim.  Lea,  Stephenson,  dan  Troy  (2003) berdasarkan penelitiannya di University of Plymouth menemukan bahwa SCL belum mahasiswa dengan  baik  masih  oleh  mahasiswa  meski  sudah  menjadi  kebijakan  di institusi mereka.  Mennin  dkk.  (1993)  mempertanyakan  strategi  pengukuran  yang tepat untuk pembelajaran SCL dan Estes (2004) mempermasalahkan posisi antara dosen dan mahasiswa yang setara.  

Di  sisi  lain,  kritik  mengenai  pembelajaran  SCL banyak  yang  mendasarkan pada  karakteristik  siswa. Simon  (1999) misalnya, ia melihat bahwa  siswa adalah individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga generalisasi penerapan  SCL  kepada  semua  siswa  merupakan  sesuatu  yang membahayakan. O’Neill dan McMahon (2005) menemukan bahwa siswa yang telah terbiasa dengan pembelajaran TCL akan menolak pendekatan pembelajaran dengan menggunakan SCL karena mereka tertekan dengan situasi baru.   Ketertekanan tersebut dijelaskan oleh  Perry  (1970)  terjadi  karena  sebelumnya  siswa  memiliki  konsep dualistik jawaban  ujian  antara  benar  dan  salah  kemudian  mengubah  konsepsinya bahwa semua jawaban ujian adalah tepat.

Rumusan Masalah Penelitian
  1. Bagaimana cara mengeksplorasi  gaya  dan  tipe  regulasi  belajar  mahasiswa  yang  tepat  dengan pelaksanaan SCL?
  2. Apakah pendekatan dalam pembelajaran yang khas  dapat mewadahi  gaya  dan  tipe  regulasi  belajar mahasiswa?
  3. Apa akibat jika penyelenggaraan  pembelajaran  kurang mewadahi  gaya  dan  tipe  regulasi  belajar  siswa?
  4. Seberapa  besar  peran SCL  beserta  varianvariannya mewadahi gaya dan tipe regulasi belajar mahasiswa?
  5. Bagaimana jika ditemukan  adanya  ketidaksesuaian  antara  karakteristik  mahasiswa dan penyelenggaraan  pembelajaran?
  6. Bagaimana  pengajar  dapat  memodifikasi  SCL yang dilaksanakannya.
Tujuan Penelitian
  1. Mengeksplorasi  gaya  dan  tipe  regulasi  belajar  mahasiswa  yang  tepat  dengan pelaksanaan SCL.
  2. Mengetahui karakteristik pendekatan dalam pembelajaran yang khas  yang  memungkinkan  belum  mewadahi  gaya  dan  tipe  regulasi  belajar mahasiswa.
  3. Menunjukkan  akibat  penyelenggaraan  pembelajaran  yang kurang mewadahi  gaya  dan  tipe  regulasi  belajar  siswa.
  4. Mengidentifikasi  seberapa  besar  SCL  beserta  varianvariannya mewadahi gaya dan tipe regulasi belajar mahasiswa.
  5. Mengantisipasi jika ditemukan  adanya  ketidaksesuaian  antara  karakteristik  mahasiswa dalam proses penyelenggaraan  pembelajaran.
  6. Menjelaskan kepada  pengajar  cara  memodifikasi  SCL  yang dilaksanakannya.

Kerangka Teori
Pembelajaran  berbasis  SCL  telah  menjadi  pendekatan  baru  yang  mulai banyak dilaksanakan  di  beberapa  perguruan  tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan pembelajaran berbasis SCL memberikan banyak manfaat, seperti peningkatan  keterampilan  dalam  belajar  (study skills)  dan  pemahaman (Lonka & Ahola, 1995) atau peningkatan partisipasi dan motivasi (Hall & Saunders 1997).  Survei kepada  mahasiswa  mengenai  prioritas  antara  penyelenggaraan pembelajaran SCL dan TCL menunjukkan bahwa 94% mahasiswa lebih menyukai pembelajaran berbasis SCL (Hall dan Saunders, 1997). Popularitas pembelajaran SCL di perguruan  tinggi  tidak serta merta bebas dari  kritik  para  ahli.  O’Sullivan  (2003)  mengatakan  bahwa  pada kondisi sekolah yang memiliki keterbatasan akses dan sumber daya yang terbatas, SCL tidak dapat 
diterapkan  secara  ekstrim.  Lea,  Stephenson,  dan  Troy (2003).berdasarkan penelitiannya di University of Plymouth menemukan bahwa SCL belum mahasiswa dengan  baik  masih oleh  mahasiswa  meski  sudah  menjadi  kebijakan  di  institusi mereka.  Mennin  dkk. (1993)  mempertanyakan  strategi  pengukuran  yang  tepat untuk pembelajaran SCL dan Estes (2004) mempermasalahkan posisi antara dosen dan mahasiswa yang setara.

Di  sisi  lain,  kritik  mengenai  pembelajaran  SCL  banyak  yang  mendasarkan pada karakteristik  siswa. Simon  (1999) misalnya, ia melihat  bahwa  siswa adalah individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga generalisasi penerapan  SCL kepada semua  siswa  merupakan  sesuatu  yang  membahayakan. O’Neill dan McMahon (2005) menemukan bahwa siswa yang telah terbiasa dengan pembelajaran TCL akan menolak pendekatan pembelajaran dengan menggunakan SCL karena mereka tertekan dengan situasi baru. Ketertekanan tersebut dijelaskan oleh  Perry  (1970)  terjadi  karena sebelumnya  siswa  memiliki  konsep  dualistik jawaban  ujian  antara  benar  dan  salah kemudian  mengubah  konsepsinya  bahwa semua jawaban ujian adalah tepat.

Setiap  individu  memiliki  perbedaan  dalam  memahami  dan  memproses informasi  yang diberikan  kepadanya.  Perbedaan  ini  dinamakan  dengan  gaya belajar  yang  diartikan sebagai  preferensi  siswa  terhadap  proses atau aktivitas  di dalam  pembelajaran.  Gaya belajar  menunjukkan  cara  seorang  individu  dalam memproses informasi  dengan tujuan mempelajari  dan menerapkannya.  Vermunt (1992)  menggunakan  istilah  gaya  belajar sebagai  keseluruhan  dari  tiga  domain yaitu  proses  kognisi  dan  afeksi  terhadap  materi, model  belajar  mental,  dan orientasi  belajar.    Orientasi  belajar  diartikan  sebagai keseluruhan  domain  yang memuat tujuan, intensi, motif, harapan, sikap dan  ketertarikan mengenai individu terhadap proses belajar (Beaty, Dall’Alba, & Marton, 1997). 

  • Gaya Belajar melalui Perspektif.
Beberapa ahli  membagi  gaya  belajar  melalui  perspektif  yang  bervariasi sehingga didapatkan varianvaian pembagian gaya belajar. DePorter dan Hernacki (1992) membagi gaya belajar individu berdasarkan jenis tampilan informasi yang diberikan  kepada  siswa menjadi  tiga kategori,  antara  lain :
  1. Visual  yang menjelaskan  individu  lebih  menyukai memproses  informasi  melalui  penglihatan.
  2. Auditori yang menyukai informasi melalui pendengaran dan 
  3. Kinestetik yang menyukai informasi melalui gerakan, praktek atau sentuhan. 
  • Dimensi Gaya Belajar
Dennis  (2003)  membagi  gaya  belajar  menjadi  beberapa  dimensi  yang 
memiliki bagian yang berbentuk dikotomi antara lain :
  1. Dimensi  input  yang  memuat  dikotomi  antara  input  visual  dan  verbal. Input visual menunjukkan aktivitas belajar lebih berorientasi pada gambar, diagram dan demonstrasi sedangkan input visual beorientasi pada suara, tulisan, katakata dan rumus.  
  2. Dimensi persepsi yang memuat dikotomi antara persepsi sensori dan intuisi. Persepsi sensori  berorientasi  pada  suara,  sensasi  fisik,  praktis  dan metodologis, sedangkan intuitif berorientasi pada memori, ide, insight, teoritis dan akademis.
  3. Dimensi  organisasi  yang  menunujukkan  bagaimana  individu mengorganisasikan informasi yang didapatkan. Dimensi ini memuat dikotomi antara  organisasi  induksi dan  deduksi.  Organisasi  induksi  lebih  mengarah pada  tahap  observasi  fakta terlebih  dahulu  kemudian  dilanjutkan  dengan penyimpulan  prinsip,  sedangkan organisasi  deduksi  mengarah  pada  tahap prinsip terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan praktek. 
  4. Dimensi  pemrosesan  yang  menunjukkan  bagaimana  individu  memproses informasi  yang  terbagi  menjadi  dua  kutub,  yaitu  pemprosesan  aktif dan pemprosesan  reflektif.  Pemprosesan  aktif  menunjukkan  individu lebih cenderung  belajar  dari  pengalaman  dan  bekerja  sama  dengan individu lainnya,  sedangkan  pemprosesan  reflektif  menunjukkan  orientasi individu pada  penalaran  yang  mendalam  mengenai  informasi  dan  cenderung bekerja secara individual. 
  5. Dimensi pemahaman yang menunjukkan bagaimana cara individu memahami informasi. Dimensi ini membelah dua kutub antara kutub sekuensi dan kutub global. Kutub  sekuensi menunjukkan  pemahaman  dilakukan  secara bertahap dan lebih  banyak menekankan  pada  penyelesaian masalah  tanpa memahami secara  keseluruhan.  Kutub  global  menunjukkan  orientasi  pemahaman lebih mengarah pada sisi integral, mengorganisasikan, dan mensintesis.

  • Gaya Belajar
Kolb (2000) membagi gaya belajar menjadi empat gaya yaitu :
  1. Gaya eksplorasi (diverging)Individu  dengan  gaya  eksplorasi  menyukai  melihat  fenomena  berdasarkan   yang majemuk.  Biasanya  individu  dengan  gaya  ini  menyukai   dalam  kelompok,  lebih terbuka  terhadap  gagasan  dan  menghargai  balik meskipun bersifat personal. 
  2. Gaya asimilasi (assimilating)Individu  dengan  gaya  asimilasi  senantiasa  memahami  permasalahan  secara luas kemudian  disimpulkan.  Mereka  biasanya  menyukai  teori  yang  dapat dirasionalisasi atau  dilogika  daripada  nilainilai  praktis.  Dalam  beraktivitas,mereka  menyukai aktivitas  seperti  membaca,  mengeksplorasi  modelmodel analitis, dan meluangkan banyak waktu untuk berpikir secara mendalam.
  3. Gaya pemusatan (converging) Individu  dengan  gaya  ini  menyukai  mencari  sisisisi  praktis  dari  teori atau gagasan.  Mereka  puas  ketika  mereka  dapat  mengambil  keputusan dengan tepat dan menyelesaikan  permasalahan secara tuntas sehingga mereka lebih berminat  pada  tugastugas  teknis  daripada  membicarakan  mengenai  isuisu yang  bersifat  teoritis. Dalam  belajar mereka menyukai  kegiatan belajar yang menggunakan eksperimen, demonstrasi, simulasi dan praktikum.
  4. Gaya akomodasi (accommodating) Individu  dengan  gaya  ini  mengutamakan  pada  eksplorasi  pengalamanpengalaman yang menantang. Dalam mengatasi masalah, mereka belajar pada orang yang memiliki informasi dan wawasan yang luas.  Individu dengan  tipe ini  menyukai  menyelesaikan tugas  bersamasama  dengan  orang  lain  baik dalam  merencanakan  tujuan, menyelesaikan  tugas  lapangan  dan  mencobacoba cara yang unik dan kreatif dalam menyelesaikan tugas.

Berdasarkan  kombinasi  dari  keempat  gaya  belajar  di  atas,  Kolb  kemudian 
membagi menjadi empat preferensi belajar yang diaplikasikan dalam pengukuran 
dengan  menggunakan  The  Learning  Style Inventory  (LSI)  yang  mengidentifikasi 
empat  kategori  preferensi  belajar  yang  bersifat  ipsatif  antara  lain,  orientasi 
konseptual,  orientasi  pengalaman,  orientasi  aksi  dan  orientasi  refleksi.  Setiap 
pernyataan  yang  di  dalam  inventori  tersebut  mengacu  pada  empat  pilihan 
jawaban,  antara  lain  (1)  prerefensi  rasional  (AC)  (2)  preferensi  hubungan 
interpersonal  (CE),  preferensi  untuk  latihan  (AE),  dan  (4)  preferensi  untuk 
observasi (RO).  
Ahli lain, Vermunt (1996), membedakan empat jenis gaya belajar, antara lain 
tidak diatur (undirected), pengaturan berdasar reproduksi (reproduction­directed), 
pengaturan berdasar makna (meaning­directed), dan pengaturan berdasar aplikasi 
(application­directed  learning).  Vermetten  dkk.,  (1999)  menemukan  bahwa 
keempat  katagori  tersebut  tidak  mudah  untuk  berubah  dalam  diri individu  dan 
perkembangannya dapat dikarenakan oleh karakteristik instruksi. 

Metode
  • Partisipan 
Partisipan  yang  berpartisipasi  dalam  eksperimen  adalah  mahasiswa  yang 
Fakultas  Psikologi UGM  semester  I  yang  berjumlah  115  orang. Pengambilan  data dilakukan di kelas setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan. Sebelum melakukan pengukuran peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kegiatan yang dilakukan.  Data  yang dianalisis didasarkan  pada  mahasiswa  yang  menyetujui untuk mengisi lembar persetujuan partisipasi sebelum mereka mengikuti jalannya eksperimen dengan mengisi instrumen yang dibagikan. 
  • Prosedur 
Penelitian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan  survei  kepada  partisipan 
penelitian. Variabel  yang  dilibatkan  dalam  penelitian adalah gaya  belajar, tingkat pembelajaran berbasis SCL sebagai variabel bebas dan efikasi diri terhadap belajar berbasis  regulasi  diri  serta  efikasi  diri  terhadap kesuksesan  belajar  sebagai variabel  tergantung.  Semua  variabel  diukur dengan  menggunakan  skala  yang dikembangkan  oleh  peneliti. Pengambilan  data  dilakukan  serentak  pada  satu waktu karena perkuliahan pada mahasiswa baru berjalan secara paralel. 
  • Pengukuran 
Pengukuran  Gaya  Belajar.  Pengukuran  gaya  belajar  dilakukan  dengan 
menggunakan  Kolb’s  Learning  Style  Inventory  yang  telah  diterjemahkan oleh peneliti ke dalam Bahasa Indonesia. Instrumen ini berisi 12 butir pernyataan yang berbentuk  pilihan  ganda  yang  terdiri  dari  dua  alternatif respon.  Instrumen  ini mengukur  empat  jenis  gaya  belajar  yaitu eksperimentasi  aktif  (active experimentation/AE),  pengalaman  konkrit (concrete  experience/CE),  observasi reflektif  (reflective  observation/RO) dan  konseptual  abstrak  (abstract conceptual/AC).  Pada  butir  satu  hingga enam,  pilihan  respon  terdiri  dari  dua alternatif  yaitu  CE  dan  AC sedangkan  pada  butir  tujuh  hingga  dua  belas,  pilihan respon  terdiri dari dua alternatif yaitu AE dan RO. Adanya pilihan yang dikotomi tersebut sesuai dengan teori gaya belajar dari Kolb (XXX) yang mengatakan bahwa CE  dan AC serta  AE  dan  RO  adalah  gaya  belajar  yang  bersifat  bipolar  sehingga 
kedua jensi gaya belajar dipasangkan dalam satu kontinum. Penyekoran dilakukan dengan  cara  menjumlahkan  masingmasing  alternatif  respon. Kombinasi  dari keempat  jenis  gaya  belajar  tersebut  kemudian  menjadi empat  gaya  belajar  yaitu dimensi penemu (converger) yang merupakan penjumlahan skor jenis AC dan AE, dimensi  pembeda  (diverger) penjumlahan skor  jenis  CE  dan  RO,penyerap informasi  (assimilator)  penjumlahan  skor jenis  AC  dan  RO  serta  akomodator (accommodator)  penjumlahan  skor jenis  CE  dan  AE.  Studi  yang  dilakukan  oleh Ruber  dan  Stoult  (1990) menemukan  reliabilitas  alpha  skala  LSI  versi  Bahasa Inggris 0,73 sedangkan pada versi Bahasa  Indonesia memiliki reliabilitas sebesar 
0.60. Pengukuran  Efikasi  terhadap  Keberhasilan  Belajar.  Pengukuran efikasi dilakukan dengan menggunakan skala self­efficacy for self­regulated learning yang dikembangkan  oleh  Bandura  (2001).    Skala  ini  merupakan subskala  dari  skala efikasi  diri  Bandura  (Bandura,  2001).  Meskipun Bandura's  skala  ini  tidak dipublikasikan, sebuah studi pernah menguji properti psikometris  skala ini yang memuat  pengujian  validitas  dan reliabilitasnya  (Rule  &  Grisemer,  1996). Hasil analisis  menunjukkan  bahwa skala  ini  memiliki  korelasi  antaritem  yang  tinggi. Koefisien reliabilitas pada 11 aitem menghasilkan menghasilkan nilai alfa sebesar 
0,81.  Skala  ini  memuat  11  pernyataan  yang  meminta  peserta  untuk melaporkan secara mandiri tingkat kepercayaan mereka dalam kemampuan untuk melakukan regulasi  pada  pembelajaran  tertentu.  Hasil  pengujian reliabilitas  skala  ini  pada versi  Bahasa  Indonesia  menghasilkan reliabilitas  sebesar  0.74  dengan menggunakan sampel 108 mahasiswa. 
Pengukuran Tingkat Pembelajaran SCL.  Pengukuran  tingkat  pembelajaran 
SCL  dilakukan  dengan menggunakan  suvei  perkuliahan  yang dikembangkan oleh peneliti.  Instrumen  ini  berbentuk  checklist  mengenai  ada  tidaknya indikator kegiatan  yang  terkait  pembelajaran  berbasis  SCL diselenggarakan di  perkuliahan di kelas. Skala ini memuat 10 aitem yang memuat indikator pembelajaran SCL yang direspon  oleh  subjek  berdasarkan  dua  alternatif respon  yaitu  ‘ya’  dan  ‘tidak’. Reliabilitas  skala  ini  dengan  menggunakan 100  mahasiswa  menghasilkan reliabilitas sebesar 0,76.
  • Analisis Data 
Analisis  data  dilakukan  dengan  menggunakan  korelasi  parsial  antara masingmasing  gaya  belajar  dengan  efikasi  perkuliahan  dengan menggunakan implementasi pembelajaran SCL sebagai kovariatnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program bantu komputer SPSS versi 13.0 

Hasil  
Frekuensi  gaya  belajar  pada  mahasiswa  yang  ditampilkan  pada  Tabel  1 
menunjukkan  bahwa  gaya  belajar  mahasiswa  psikologi  cenderung  pada jenis pengalaman konkrit dan eksperimentasi aktif yang ditunjukkan dengan prosentase mahasiswa yang memiliki gaya belajar ini cukup  tinggi  (74.6% dan 60.2%). Pada dimensi  gaya  belajar  mahasiswa  lebih  banyak  memilik jenis  belajar  akomodator yang  ditunjukkan  dengan  presentase  yang  lebih tinggi  dibanding  dengan  gaya belajar lainnya (48.3%). Tabel 1 juga menjelaskan bahwa semua gaya belajar terisi oleh mahasiswa  sehingga dapat  dikatakan  bahwa  gaya  belajar mahasiswa  cukup bervariasi. 

Tabel 1.  
Frekuensi Gaya Belajar pada Mahasiswa 

Inventori Gaya Belajar ..........Frekuensi........... Persen
  Jenis Gaya Belajar 
  Pengalaman konkrit (CE)............88.................... 74.6
  Konseptual abstrak (AC).............30.................... 25.4
  Eksperimentasi aktif (AE)............71.................... 60.2
  Observasi reflektif (RO)...............47 ....................39.8
  Dimensi Gaya Belajar 
  Penemu......................................14.....................11.9
  Pembeda.....................................31.....................26.3
  Penyerap....................................16......................13.6
  Akomodator.................................57.....................48.3



Tabel 2.  
Statistik Deskriptif Gaya 

  ......................Rerata........Deviasi Std. ......Kemiringan..... Keruncingan 
Efikasi terhadap pembelajaran ...42.45..............7.640................285........614 
Implementasi SCL....................... 28.27..............3.268................280..............515 

Tabel 3.  
Statistik Deskriptif Efikasi Kesuksesan Belajar ditinjau dari Gaya Belajar   
Gaya Belajar.....................Gaya Belajar......................Rerata.................. Deviasi Std.
Pengalaman konkrit...... Eksperimentasi aktif ..............43.65 .....................7.612 
   .......................................Observasi reflektif...............40.97 ......................7.653 
   ....................................................Total .................... 42.70 .......................7.691 
Konseptual abstrak.........Eksperimentasi aktif .............42.57 ......................7.187 
  ......................................Observasi reflektif.................40.94  .....................8.037 
   ............................................... ......Total.....................41.70.......................7.566 
Total................................. Eksperimentasi aktif............43.44 ......................7.492 
  ........................................Observasi reflektif...............40.96 .......................7.698 
   ........................................................Total....................42.45 ......................7.640 

Statistik  deskriptif  implementasi  pembelajaran  SCL  secara  terpisah  yang 
dikaitkan  dengan  gaya  belajar  dapat  dilihat  pada  Tabel  2  dan  Tabel  3. Datadata pada tabel menunjukkan nilai yang sama baik pada rerata maupun deviasi standar.  



Pembahasan 
Penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  gaya  belajar  aktif  mahasiswa mendukung keyakinannya untuk mampu mengatasi tantangan dalam perkuliahan yang dihadapi dan keyakinan untuk mendapatkan kesuksesan dalam belajar. Hasil ini menunjukkan  bahwa  pembelajaran  berbasis  SCL  yang  mengeksplorasi keaktifan mahasiswa  dapat  berlangsung  dengan  baik  ketika mahasiswa memiliki gaya belajar  aktif  yang  ditunjukkan  dengan  upaya  yang  untuk mengalami secara 
aktif,  belajar  aktif  dengan menggunakan eksperimentasi  dan  belajar  dengan cara bekerja sama dengan rekan sejawat. 

Pemilihan strategi dalam proses pembelajaran diharapkan mewadahi minat 
dan  preferensi  siswa  dalam  belajar  karena  keberhasilan  penyelenggaraan 
pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor tersebut. Siswa yang kurang memiliki 
minat terhadap proses pembelajaran akan memiliki motivasi yang minim sehingga 
keterlibatan  siswa  dalam  pembelajaran  juga  akan  minim.  Schiefele  (1991) 
memperlihatkan  bahwa  minat  siswa  dalam  mata  pelajaran  matematika 
mempengaruhi  keterlibatan  siswa  dalam  proses  pembelajaran  sedangkan  Mayer dan  Massa  (2003)  menemukan  bahwa  preferensi  belajar  siswa  mempengaruhi kesuksesan belajar siswa.  

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak ditemui ketidaktepatan antara 
model  pembelajaran  yang  dipakai  oleh  guru  dengan  preferensi  siswa  dalam 
belajar.  Dennis  (2003)  misalnya,  mengatakan  bahwa  proses  pembelajaran yang diselenggarakan  oleh  guru  pada  berbagai  pendekatan seringkali  bersifat  intuitif, verbal, deduktif, sekuensial, cenderung berorientasi pada satu model antara antara pasif atau reflektif, sedangkan siswa lebih banyak yang berorientasi pada sensing, visual,  induktif,  sekuensial  dan  menyukai  keseimbangan  antara  model  aktif  dan reflektif. Pada  beberapa  perguruan  tinggi,  pembelajaran  SCL  merupakan  sebuah kebijakan  formal  yang  diterapkan  pada  semua  atau  sebagian  besar  mata  kuliah yang  ditawarkan  kepada  mahasiswa.  Pada  tataran  tertentu  mahasiswa  tidak memiliki  kesempatan  untuk  memilih  perkuliahan  yang  sesuai  dengan  tipe belajarnya  karena  kelas  tidak  dibagi  menjadi  kelas  yang  menerapkan pembelajaran  SCL  dan  pembelajaran  TCL.  Dalam  hal  ini  siswa  dituntut  untuk mampu beradaptasi dengan strategi pembelajaran yang ditawarkan fakultas meski tidak mewadahi gaya belajarnya.  

Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan survei kepada responden 
penelitian.  Responden  penelitian  adalah  sebagai  mahasiswa  aktif  Fakultas 
Psikologi  UGM.  Gaya  belajar  diukur  dengan  menggunakan  The  Learning  Style 
Inventory  (LSI),  The  Learning  Skills  Profile  (LSP),  Regulasi  belajar  mahasiswa 
diukur  dengan  menggunakan  Self  Regulated  Strategy  Development  (SRSD) 
sedangkan  ketepatan  karakteristik  belajar  mahasiswa  diukur  dengan 
menggunakan  Skala  Sikap  terhadap  Pembelajaran  Berbasis  Mahasiswa  (SCL). 
Prestasi belajar mahasiswa dalam perkuliahan juga dilibatkan dalam penelitian in 
yang  diukur  melalui  nilai  (grade)  yang  didapatkan  mahasiswa  pada  akhir 
perkuliahan.   

Terminologi  pembelajaran  berpusat  pada  mahasiswa  (Student  Centred 
Learning/SCL)  pada  literatur  merupakan  kata  yang  bersifat  luas  yang  biasanya dikaitkan  dengan  pembelajaran  fleksibel  (Mayer  &  Massa,  2003),  pembelajaran berbasis  pengalaman  (Burnard,  1999),  atau  self  directed  learning  (O’Neiil  dan McMahon,  2005).  Terminologi  SCL  sendiri  diperkenalkan  oleh  Hayward  dan dipertegas  penggunaannya  dalam  menjelaskan  proses  pembelajaran  oleh  John Dewey pada tahun 1956.  Rogers (1983) menjelaskan bahwa SCL merupakan hasil dari  transisi  perpindahan  kekuatan  dalam  proses pembelajaran,  dari  kekuatan guru  sebagai  pakar  menjadi  kekuatan  siswa  sebagai  pembelajar.  Perubahan  ini terjadi  setelah  banyak  harapan  untuk memodifikasi  atmosfer  pembelajaran  yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten. Kember  (1997)    mendeskripsikan bahwa  SCL  merupakan  sebuah  kutub proses  pembelajaran  yang  menekankan  siswa sebagai  pembangun  pengetahuan sedangkan  kutub  yang  lain  adalah  guru  sebagai  agen  yang  memberikan pengetahuan.  Harden  dan  Crosby  (2000)  menjelaskan  bahwa  SCL  menekankan pada siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar  dibanding  dengan  apa  yang  dilakukan  oleh  guru.  Pengertian  ini menunjukkan bahwa SCL menekankan pada apa yang dilakukan oleh siswa.  Gibbs  (1995)  menjelaskan  bahwa  SCL  merupakan  sejumlah  karakteristik antara  lain  1)  keaktifan  pembelajar,  2)  pengalaman  pembelajar,  3)  proses  dan kompetensi,  4)  negosisasi  antara  pembelajar  dan  pengajar.  Ditambahkan  oleh Gibbs,  bahwa  kunci  SCL  terletak  pada  apa  yang  dipelajari,  bagaimana  dan  kapan hal  tersebut  dipelajari  dengan  keluaran  tertentu,  apa  kriteria  dan  standar  yang digunakan, bagaimana penilaian  diberikan  dan  siapa  yang memberikan  penilaian 
tersebut.  Jika  Gibbs  menjelaskan  karakteristik  SCL,  Brandes  dan  Ginnis (1986) 
menyajikan  prinsipprinsip  SCL  yang memuat  beberapa  hal,  antara lain  1) siswa bertanggung  jawab  penuh  terhadap  aktivitas  belajarnya,  2)  siswa  terlibat  dan berpartisipasi aktif  dalam  proses  penyusunan  pembelajaran,  3)  hubungan antara satu  pembelajar  dengan  pembelajar  lainnya  adalah  seimbang  untuk  mendukung perkembangannya,  4)  guru  lebih  sebagai  fasilitator  dibanding  sebagai  sumber ilmu,  5)  pengalaman  pembelajar  menentukan  apa  yang  didapatkannya,  serta 6) pada  akhir  proses  pembelajaran  siswa  melihat  dirinya  berbeda  dengan  sebelum mengikuti pembelajaran. Estes  (2004)  menjelaskan  bahwa  SCL  adalah  proses  pembelajaran  yang menekankan pada eksplorasi pengalaman siswa. Dalam beberapa kasus guru dan siswa  berkolaborasi  secara  sejajar  untuk  berbagi  pengetahuan.  O’Neill  dan McMahon  (2005)  melihat  terdapat  dua  pendekatan  proses  pembelajaran  kepada siswa,  dalam pandangan  kognitif  proses  pembelajaran  dilihat  sebagai  aktivitas pembelajaran  yang dihitung  berdasarkan  aktivitas  otak  sedangkan  pendekatan konstruktivis  lebih  menekankan  pada  aktivitas  fisik  seperti  projek  dan  praktek. Dari  paparan  literatur  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  SCL  merupakan  konsep yang  menjelaskan  pilihan  siswa  secara  mandiri  dalam  proses  pembelajaran, 
keaktifan  siswa  dalam  belajar  dan  pergeseran  peran  guru  dari  pentransfer  ilmu pengetahuan menjadi peran sebagai fasilitator.  

Penutup
Kesimpulan
Penelitian ini mengeksplorasi efikasi pembelajaran yang terdiri dari dua unsur, 
yaitu efikasi terhadap regulasi dalam belajar dan efikasi terhadap kesuksesan 
dalam  belajar. Gaya  belajar  yang  dipakai  adalah  4  gaya  belajar  dari  indeks 
gaya belajar (ILS) dan inventori gaya belajar (LSI). Hasil analisis menunjukkan 
bahwa  gaya  pembelajaran  aktif  berkorelasi secara signifikan  dengan  efikasi 
regulasi  belajar  dan  dan  kesuksesan  dalam  belajar  baik  pada  indeks  gaya 
belajardan inventori gaya belajar (LSI). Korelasi antara gaya belajar aktif pada 
ILS maupun LSI dengan efikasi regulasi belajar dengan mengendalikan tingkat 
implementasi SCL di kelas bergerak dari  ­0.160 (p<0.05) dan  ­0.180   (p<0.05) 
sedangkan  korelasi  dengan  efikasi  kesuksesan  belajar  ditunjukkan  dengan 
korelasi  yang  sama  besarnya  yaitu  ­0.238  (p<0,01).  Hasil  penelitian  ini 
menunjukkan  bahwa  gaya  belajar  mahasiswa  yang  cenderung  berorientasi 
pada gaya belajar aktif akan mendukung kesuksesan mahasiswa dalam belajar 
pada kelas yang berbasis SCL


 

Olive's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review