Rabu, 29 Juni 2016

Psikoterapi Kelompok (M6)

Diposting oleh Unknown di 00.23 0 komentar
OLIVIA RESTY AMALLIA
16513783
3PA05

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Sitohang, 2011). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep dalam Sitohang, 2011).
Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal:
1.      Kesadaran dan pengertian diri sendiri.
2.      Memperbaiki hubungan interpersonal.
3.      Perubahan tingkah laku.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok adalah suatu psikoterapi secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien di mana pertemuan telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan terhadap tujuan terapi.



Menurut Yosep (dalam Sitohang, 2011) terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
1.      Umum 
  •  Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. 
  • Membentuk sosialisa. 
  • Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive(bertahan terhadap stress) dan adaptasi. 
  • Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.

2.      Khusus
  •  Meningkatkan identitas diri.
  •  Menyalurkan emosi secara konstruktif. 
  •  Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari. 
  •  Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.


   Tahapan Terapi Kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase pra-kelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Sihotang, 2011).
1.      Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (dalam Sihotang, 2011) jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang me menuhi syarat untuk mengikuti terapi kelompok adalah sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep dalam Sihotang, 2011).

2.      Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (dalam Sihotang, 2011) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (dalam Sihotang, 2011) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
  •  Tahap orientasi Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota. 
  •  Tahap konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina dalam Sihotang, 2011). 
  •   Tahap kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat dalam Sihotang, 2011).

3.       Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis (Keliat dalam Sihotang, 2011). Pada akhir  fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep dalam Sihotang, 2011).
4.      Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat dalam Sihotang, 2011).

  Bentuk-bentuk Terapi Kelompok
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual yaitu:
1.      Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
2.      Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena mereka mempunyai problem yang sama.
3.      Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik yang  disadari  pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok. Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang dianut (Tomg dalam Ahmad, 2012).
Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan kepercayaan diri, sensitifitas, dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompok yang difasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus atau terbatas waktu (Hibbert dalam Ahmad, 2012).

Contoh kasus 1
Anak sekolah di Sekolah Dasar Negeri wilayah Kelurahan Depok (SDN Depok 3 dan SDN Depok 4) dan Depok Jaya (SDN Depok Baru 4 dan SDN Depok Baru 07) Kota Depok dengan jumlah sampel 116 orang murid kelas 4 dan 5 yang dipilih secarasimple random sampling. Kriteria inklusi responden adalah : Anak usia sekolah (9 sampai 11tahun), bisa membaca dan menulis, bersedia menjadi responden, anak yang sudah melampaui masa perkambangan usia pra sekolah (dengan indikator usia anak).
Sekolah Dasar yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut: di Kelurahan Depok Jaya adalah SDN Depok Baru 4 dan SDN Depok Baru 7 sebagai kelompok intervensi 1, SDN Depok Baru 3 dan SDN Jaya 3 sebagai kelompok kontrol, sedangkan di Kelurahan Depok adalah SDN Depok 3 dan SDN Depok 4 sebagai kelompok intervensi 2. Waktu penelitian dimulai dari Bulan April 2011 sampai Bulan Juni 2011. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat kuesioner: kuesioner A (data demografi), kuesioner B (pengetahuan anak usia sekolah tentang stimulasi anak usia sekolah), kuesioner C (kemampuan psikomotor anak usia sekolah dalam melakukan stimulasi perkembangan), dan kuesioner D (perkembangan industri anak usia sekolah). Analisis bivariat yang digunakan adalah independent t-test, paired t-test, dan chi square. Analisis multivariat menggunakan uji Anova dan regresi linier ganda.

Hasil
Karakteristik usia anak sekolah keseluruhan memiliki rata-rata usia 9,97 tahun dengan usia termuda 9 tahun dan tertua 11 tahun. Jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sejumlah 58 orang (74,4%). Pendidikan orang tua yang terbanyak adalah pendidikan tinggi sejumlah 72 orang (78,1%). Orang tua yang bekerja sebanyak 69 orang (56,5%) dan jumlah saudara kandung yang terbanyak adalah lebih dari 3 orang sebanyak 65,4% dari keseluruhan responden.
Setelah dilakukan TKT anak sekolah pada anak-orang tua (kelompok intervensi 1) dan anak-guru (kelompok intervensi 2) didapatkan pengetahuan anak usia sekolah pada kelompok intervensi 1 adalah 33,95 (97 %), kelompok intervensi 2 sebesar 32,87 (93,91%) dan kelompok kontrol sebesar 31,33 (89,51%) dengan nilai p-value < 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna tindakan TKT pada ketiga kelompok.
Kemampuan psikomotor anak usia sekolah dalam menstimulasi perkembangannya adalah setara pada ketiga kelompok setelah dilakukan TKT. Hasil yang didapat pada kelompok intervensi 1 adalah 87,54 (72,95 %), kelompok intervensi 2 sebesar 94,55 (78,79%), sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 80,45 (67.04%) dengan nilai p-value < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang sangat bermakna peningkatan kemampuan psikomotor dalam menstimulasi perkembangan industri di antara ketiga kelompok.
Hasil penelitian TKT menunjukkan adanya peningkatan yang bermakna antara perkembangan industri anak sebelum dan setelah mendapatkan TKT anak sekolah pada kelompok intervensi 1 sebesar 77,62 (77,62%), kelompok intervensi 2 83,61 (83,61%) sehingga meningkat secara bermakna bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan TKT (Grafik 3). Karakteristik anak usia sekolah yang berkontribusi terhadap pengetahuan, kemampuan psikomotor dan perkembangan usia industri anak usia sekolah adalah usia. Pengaruh usia terhadap pengetahuan anak setelah dikontrol oleh variabel lain adalah sebesar 28 % (intervensi 1) dan 27 % (intervensi 2). Pengaruh usia anak terhadap kemampuan psikomotor anak adalah sebesar 49% (intervensi 1) dan 45% (intervensi 2). Pengaruh usia terhadap perkembangan industri anak setelah dikontrol variabel lain adalah sebesar 43% (intervensi 1) dan 55% (intervensi 2).



Sumber :
Ahmad, T. (2011, 06 20). Makalah Terapi Kelompok. Dipetik 05 20, 2014, dari Katulumbu: http://katumbu.blogspot.com/2012/06/makalah-terapi-kelompok.html
Hapsah., Hamid, A., & Susanti, H. (2011). Peningkatan Generatvitas Melalui Terapi Kelompok pada Perempuan Paruh Baya. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Hidayati, E. (2012). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif terhadap Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Kota Semarang. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS .
Istiana, D., Keliat, B. A., & Nuraini, T. (2011). Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah pada Anak-Orang Tua dan Anak-Guru Meningkatkan Perkembangan Mental Anak Usia Sekolah. Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 , 94-100.
Sihotang, L. (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol. Medan: USU: Tidak diterbitkan.
Suharto, E. (2002). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung: Alfabeta.




Psikoterapi Keluarga (Softskill M5)

Diposting oleh Unknown di 00.10 0 komentar

OLIVIA RESTY AMALLIA
16513783

3PA05






Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptif (Bateson et al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sulivan, 1953).
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto,California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
1.      The Double Bind (ikatan ganda)
Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
2.      Family Homeostasis (kestabikan keluarga)
Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double bind. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang berlawanan/bertentangan yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang sama dia diharuskan menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbeda dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi ini (double bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku skizoprenik.
Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang mempunyai masalah.Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul.

Manfaat Terapi Keluarga

      Manfaat untuk pasien yaitu mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga.  Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya.
Manfaat untuk keluarga yaitu memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota keluarga labih baik.


Unsur – Unsur Terapi Keluarga
Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti  sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
Cara Melakukan Terapi Keluarga
Terapi keluarga dibagi menjadi 3 proses/fase, yaitu:
1.          Initial Interview
Terapis akan membuat konrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data. Selama tahap ini, terapis memfalisitasi proses penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga. Proses ini meliputi:
a.       Engagement stage :  Pertemuan keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan.
b.      Assessment stage : Identifikasi masalah yang menjadi perhatian keluarga.
c.       Exploration stage :   Terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama.
d.      Goal-setting stage : Terapis mensistesis semua informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah.
e.       Termination stage : Akhir fase initial review, menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.
2.          Fase Kerja
Tujuan fase ini adalah untuk membantu keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Selama proses ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga. Biasanya setiap sesi dilakukan 1xseminggu dengan waktu lebih kurang  1 jam.
3.      Fase Terminasi         
Jika keluarga suda mencapai tujuan atau masalah sudah terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan. Namun terkadang terminasi dapat terjadi sebelum waktunya. Hal in biasa terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam fungsi keluarga yang sudah ada.  Pada keadaan ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegoisasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga.
Pendekatan Terapi Keluarga
1.            Network therapy
Secara  logika,  terapi  keluarga  adalah  perluasan  dari  simultan  dengan semua  yang  tersedia  dari system  kekeluargaan,  teman,  dan  tetangga serta  siapa  saja  yang  berkepentingan  untuk  memupuk rasa  kekeluargaan   ( Speck and Attneave, 1971).
2.            Multiple-impact therapy
Multiple-impact  therapy  biasanya  dapat  membantu  remaja pada  saat  mengalami  krisis  situasi  ( MacGregor et al.,1964 ). Tim kesehatan mental bekerja dengan keluarga yang beramasalah selama dua hari. Setelah dibei pengarahan, anggota tim akan dipasangkan dengan  salah satua atau lebih anggota keluarga dengan beberapa varisasi kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani oleh satu orang terapist, sedangkan ayah ditangani secara individual sepert halnya anak laki-lakinya. Bila dibutuhkan regroup diperbolehkan untuk mengeksplorasi maslah keluarga yang rumit. Tujuan dari terapi adalah untuk reorganisasi sistem keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi. Diharapkan sistem keluarga menjadi lebih terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan followup.
4.      Multiple- family and multiple- couple group therapy
Masa  kegiatan  kelompok  keluarga  selanjutnya  menimbulkan  suatu  keadaan  yang  biasa  untuk membantu  masalah  emosional(e.g.,Laqueur,1972). Model  ini,  partisipan  tidak  dapat  memeriksa  satu persatu  dengan  mentransaksi  keluarga  kecil  mereka  tetapi  mengalami  simultan  mengenai  masalah ekspresi  oleh  keluarga  dan  pasangan  suami  istri. Dengan  demikian,  terapi  kelompok  ini  dapat menunjang  pemikiran  pada  pasangan  suami  istri.




DAFTAR PUSTAKA

Becvar, Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation). Adivision of  Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts.
Korchin, Sheldon J. 1976.Modern Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers: New York.
Nietzel, Michael. 1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster /  Aviacom Company. UpperSaddle River: New Jersey.

Daftar Pustaka:
Trull, T.J., & Prinstein, M.J. (2013). Clinical Psychology 8th Edition. Boston: Wadsworth Cengage Learning.
Ampuni, S., & Andayani, B. (2007). Memahami anak dan remaja dengan kasus mogok kerja: gejala, penyebab, struktur kepribadian, profil keluarga, dan keberhasilan penanganan. Jurnal Psikologi, 34 (1), 55-75.
Fawziah, A. (2012). Family Therapy (Terapi Keluarga). Diakses tanggal 30 April 2015 dari https://www.scribd.com/doc/111760136/Family-Therapy-Terapi-Keluarga
Al Furqan, H. (2011). Terapi Keluarga. Diakses tanggal 30 April 2015 darihttps://www.scribd.com/doc/55641363/terapi-keluarga


 

Olive's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review