Minggu, 27 Maret 2016

Terapi Person Centered / Client Centered (M3 softskill)

Diposting oleh Unknown di 09.09 0 komentar
I.          Pengertian Client Centered / Person Centered
            Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered / person centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan- keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client centererd adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
Menurut Rogers yang dikutip oleh Gerald Corey menyebutkan bahwa:’ terapi client centered merupakan tekhnik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.
 Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti terapi client centered adalah klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran- pikirannya secara bebas. Pendekatan ini juga mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasinya maslah sendiri.
Jadi terapi client centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya.
    II.            Perilaku Bermasalah dalam Terapi Client Centered
Klien memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas maslah masalahnya serta cara- cara mengatasinya. Kepercayaana di letakkan pada keasanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri ideal dengan diri riil. Pribadi yang penyesuaiannya baik sangat erat hubungannya dengan pengalaman individu, yaitu segenap pengalamannya diasimilasikan dan disadari ke dalam hubungan yang selaras dengan konsepsi self. Sebaiknya, penyesuaian psikologis yang salah terjadi apabila konsepsi self menolak menjadi sadar pengalaman, yang selanjutnya tidak dilambangkan dan tidak diorganisasikan ke dalam struktur self secara utuh.
 Menurut Rogers, pembentukan self berhubungan dengan pengalamannya. Hubungan self dengan pengalaman seseorang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Kongruensi, pengalaman yang sesuai dengan self 2. Tidak kongruensi, pengalaman yang tidak sesuai dengan self 3. Self yang tidak memiliki hubungan dengan pengalaman
 III.            Tujuan Terapi Client Centered / Person Centered
Tujuan dasar dari layanan client centered yaitu sebagai berikut:
1.      Keterbukaan kepada pengalaman.
2.       Keterbukaan pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa mengubah empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
3.      Kepercayaan terhadap organisme sendiri salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Pada tahap permulaan terapi, kepercayaan klien terhadap diri sendiri dan terhadap putusan- putusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara khas mencari saran dan jawabanjawaban dari luar kairena pada dasarnya mereka tidak mempercayai kemampuan dirinya untuk mengarahkan hidupnya sendiri.
4.      Tempat evaluasi internal Tempat evaluasi internal yang berkaitan dengan kepercayaan diri, berrati lebih banyak mencari jawaban- jawaban pada diri sendiri bagi masalah- masalah keberadaannya. Dia menetapkan standar- standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan- putusan dan pilihan- pilihan bagi hidupnya.
5.      Kesediaan untuk menjadi suatu proses Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan lawan dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Meskipun klien boleh jadi menjalani terapi untuk sejenis formula untuk membangun keadaan berhasi dan berbahagia, mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan.

 IV.            Peran konselor dalam terapi Client Centered/ Person Centered
Dalam pandangan Rogers, konselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien. Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan konseling dapat dicapai, maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu menumbuhkan hubungan konseling. Selain peranan di atas, peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal, dengan jalan menciptakan hubungan konseling yang hangat. Dalam suasana seperti itu konselor merupakan “agen pembangunan yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut.
V.              Prosedur dalam terapi Client- Centered / Person Centered
Tahapan konseling berpusat pada person menurut Boy dan Pine (1981) jika dilihat dari apa yang dilakukan konselor dapat di buat dua tahap. Pertama, tahap membangun hubungan terapeutik, menciptakan kondisi fasilitatif dan hubungan yang subtantif seperti empati, kejujuran, ketulusan, penghargaan dan positif jtanpa syarat. Tahap Kedua, tahap kelanjutan yang disesuaikan dengan efektifitas hubungan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Sedangkan jika dilihat dari segi pengalaman klien dalam proses hubungan konseling dapat di jabarkan bahwa proses konseling dapat di bagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Klien datang ke konselor dalam kondisi tidak kongruensi, mengalami kecemasan, atau kondisi penyesuaian diri tidak baik.
2. Saat klien menjumpai konselor dengan penuh harapan dapat memperoleh bantuan, jawaban atas permasalahan yang hsedang dialami, dan menemukan jalan atas kesulitan- kesulitannya.
3. Pada awal konseling klien menunjukkan perilaku, sikap, dan perasaannya yang kaku. Dia menyatakan permasalahan yang dialami kepada konselor secara permukaan dan belum menyatakan pribadi yang dalam.
4. Klien mulai menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku, membuka diri terhadap pengalamannya, dan belajar untuk bersikap lebih matang dan lebih teraktualisasi, dengan jalan menghilangkaln pengalaman yang dialaminya.
Klien datang kepada konselor dengan mimik wajah yang sangat kusam, takut, pakaian keadaan tidak rapi. Seakan-akan masalah yang dihadapinya sangat besar. Klien datang kepada konselor dan mempunyai harapan dapat memperoleh bantuan, kemudian konselor memberikan alternative bantuan antara lain bimbingan konseling individu, konseling behavior, dan terapi client centered. Dari beberapa alternative bimbingan yang diberikan maka alternative yang cocok diberikan kepada konseli adalah terapi client centered karena sesuai dengan masalah yang dialami klien. Pada saat awal proses konseling konseli datang dengan sikap yang ragu- ragu, takut. Pada saat konseli ditanya oleh konselor maka jawaban yang diberikan oleh konseli belum bisa berterus terang, sehingga membutuhkan waktu untuk selanjutnya, dan usaha yang dilakukan oleh konselor adalah menanamkan kepada konseli. Pada tahap terapi yang terakhir ini konseli mulai menghilangkan sikap takut, dan ragu- ragu. Sehingga konseli sudah mulai terbuka didepan konselor tentang permasalahan yang dialaminya, dan konseli mulai menceritakan hal- hal dengan permasalahan yang dihadapi.
 VI.            Ciri- ciri terapi Client- Centered / Person Centered
Ciri- ciri konseling berpusat pada person sebagai berikut:
1. Focus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah
2. Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek
3. Masa kini lebih banyak diperhatikakn dari pada masa lalu
4. Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling
5. Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya
6.Hubungan konselor dank lien merupakan situasi pengalaman terapetik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri.
7. Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif.
VII.            Tekhnik terapi Client- Centered / Person Centered
Secara garis besar tekhnik terapi Client- Centered yakni:


a) Konselor menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi.
b) Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka, yang menyakinkan konseli dia diterima dan dipahami. Konselor memungkinkan konseli untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.


sumber :
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

 Prayitno & Erman Amti, (2004). Dasar- Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Winkel, W.S. (2007)  Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : PT Grasindo

Sabtu, 19 Maret 2016

Terapi Humanistik Eksistensial (softskill M2)

Diposting oleh Unknown di 20.02 0 komentar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi para pembaca

Pada tulisan kali ini saya akan membahas tentang Terapi Humanistik Eksistensial. Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Psikoterapi semester 6 untuk minggu kedua. Dalam tulisan ini sebelum masuk ke inti pembahasan terapi humanistik nya, saya akan membahas sedikit riwayat sang tokoh yaitu Carl Roger dan teori-teorinya dalam Psikologi Humanistik. Materi tulisan ini saya dapatkan dari beberapa sumber yang jelas seperti dari modul kuliah dan beberapa jurnal. Selamat membaca, semoga bermanfaat 




Sejarah dan riwayat Carl Rogers.
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).

Teori Carl Rogers dalam Psikologi Humanistik


 Asumsi-asumsi dasar dari teori humanistikmeliputi dua asumsi besar yaitu kecenderungan formatif dan kecenderungan mengaktualisasi diri. Kecenderungan formatif merupakan kecenderungan terhadap  semua hal, baik organis maupun anorganis untuk berkembang dari suatu bentuk yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Kecenderungan mengaktualisasi merupakan kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya (J Feist dan Gregory J. Feist, (2008;273). Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya. Kecenderungan ini satu-satunya motif yang dimiliki manusia. Kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar, mengekspresikan emosi-emosi mendalam yang dirasakan, dan menerima diri seseorang.
 Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.

Terapi Eksistensial Humanistik


Pengertian :
Menurut Gerald Corey terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Selanjutnya menurut Kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
Terapi Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia dan sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi - potensi yang baik minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa estetika.
Tujuan :
Tujuan mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan dalam hidup manusia sendiri. Juga diarahkan untuk membantu klien agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yangb bermakna.

Fungsi dan Peran Terapis:
            Dalam pandangan eksistensialis tugas utama dari seorang terapis adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketakberdayaan, keputusasaan, ketakbermaknaan, dan kekosongan eksistensial serta berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Memandang bahwa tugas terapis bukanlah untuk merawat atau mengobati pasien, akan tetapi diantaranya adalah membantu klien agar menyadari tentang apa yang sedang mereka lakukan, dan untuk membantu mereka keluar dari posisi peran sebagai korban dalam hidupnya dalam keberadaanya di dunia.  “Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Frankl (1959), menjabarkan peran terapis bukanlah menyampaikan kepada klien apa makna hidup yang harus diciptakannya, melainkan mengungkapkan bahwa klien bisa menemukan makna, bahkan dari penderitaan. Dengan pandangannya itu Frankl bukan hendak menyebarkan aroma yang pesimistik dari filsafat eksistensial, melainkan mengingatkan bahwa penderitaan manusia (aspek-aspek tragis dan negatif dari hidup ) bisa diubah menjadi prestasi melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu. Frankl juga menekankan nbahwa orang-orang bisa menghadapi penderitaan, perasaan berdosa, kematian, dan dalam konfrontasi menantang penderitaan, sehingga mencapai kemenangan. Ketidak bermaknaan dan kehampaan eksistensial adalah masalah-masalah utama yang harus dihadapi dalam proses terapiutik.

Proses Terapi Eksistensial Humanistik :
Terapis eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk menjaga penekanan pada kebebasan pribadi, terapis perlu mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, memberikan arahan, menggunakan humor, dan memberikan sugesti dan interpretsai dan tetap memberikan kebebasan pada klien untuk memilih sendiri manakah diantara alternatif-alternatif yang telah diberikan. Untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran terapis tentang isu-isu kematian, isolasi, putus asa dan rasa bersalah, terapis perlu melibatkan dirinya dalam kehidupan klien. Untuk mencapai kondisi seperti itu, terapis harus mengkomunikasikan empati, respek, atau penghargaan, dukungan, dorongan, keterbukaan, dan kepedulian yang tulus. Sepanjang proses terapi, terapis harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga mereka dapat memahami pandangan-pandangan terapis kemudian membantunya mengekspresikan ketakutan-ketakutannya dan mengambil tanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.
Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi terapis dan hubungan terapis-klien sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik ( suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi). Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.

Proses terapis oleh para eksistensial meliputi tiga tahap :
1. Tahap pertama, terapis membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Terapis mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
2. Pada tahap kedua, terapis  didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
 3. Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.



Sumber :
·         Ratu, B. (2014). “Psikologi Humanistik (Carl Rogers) dalam Bimbingan dan Konseling”. Jurnal FKIP Universitas Tadulako. Vol. 17 No. 3. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Kreatif/article/view/3349/2385 diakses pada tanggal 20 Maret pukul 09.17 WIB

·         http://digilib.uinsby.ac.id/10126/6/bab%202.pdf Modul perkuliahan

PHDAN HUMANISTIK, A MASLOW - modul.mercubuana.ac.id

Minggu, 13 Maret 2016

Terapi Psikoanalisa (Softskill M1)

Diposting oleh Unknown di 15.46 0 komentar
Assalamualaikum Wr. Wb
Selamat malam blogger J

Tulisan ini saya tujukan untuk memenui tugas softskill mata kuliah Psikterapi di semester enam ini. Minggu ini (minggu pertama) saya akan membahas mengenai Psikoanalisa dalam terapi psikoanalisi. Untuk itu saya akan mengulang secara singkat mengenai teori psikoanalisa yang saya peroleh dari beberapa buku kepribadian sebagai sumbernya. Selamat membaca J

Psikoanalisa dipopulerkan oleh seorang bapak Psikologi yang bernama Sigmund Freud. Beliau lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Penemuan terbesar Freud pada teori kepribadian adalah penelitiannya mengenai dunia ketidaksadaran dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama yang belum atau mereka tidak sadari. Menurutnya kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat yaitu alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak sadari tetapi mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita, contohnya amarah seorang anak terhadaap ayahnya yang diwujudkan dalam bentuk kasih sayang namun berlebihan. Kemudian alam sadar adalah elemen-elemen mental yang tiap saat berada dalam kesadaran, ini merupakan tingkat kehidupan mental yang bisa langsung diraih.

Bagi Freud bagian yang paling primitif dari pikiran adalah  id karena id tidak mempunyai kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar untuk memperoleh kepuasan yang kita menyebutkanya dengan prinsip kesenangan. Bagian kedua adalah ego, yaitu satu-satunya wilayah dari pikiran yang berhubungan dengan dunia luar karena ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan sehingga mempunya peran dalam pengambilan keputusan dari kepribadian, Kemudian yang terakhir adalah bagian ketiga yaitu superego, ini merupakan perwakilan dari aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian berbeda dengan prinsip kesenangan dan prinsip realistis.

Kesadaran & ketidaksadaran
·         Konsep Ketidaksadaran
Ø  Mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhanm- kebutuhan, hasrat – hasrat dan konflik
Ø  Salah ucap / lupa terhadap nama yang dikenal
Ø  Sugesti Pascahipnotik
Ø  Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
Ø  Bahaan-bahan yg berasal dari teknik proyektif
Kecemasan
·         Adalah suatu keadaan yang memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya. Tiga macam kecemasan, yaitu :
Ø  Kecemasan realistis
Ø  Kecemasan neurotic
Ø  Kecemasan moral

Sumbangan utama psikoanalisis :
1.      Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bias diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2.      Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
3.      Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian dimasa dewasa
4.      Teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yg di gunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5.      Terapi psikoanalisis telah memberikan cara untuk mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi


TERAPI PSIKOANALISA

Tujuan utama terapi psikoanalisis adalah untuk mengungkapkan ingatan – ingatan yang direpresipkan. Terapi ini bekerja dengan mengubah apa yang tidak sadar menjadi sadar dan terapi bekerja hanya sejauh berada dalam keadaan untuk menghasilkan perubahan. Secara lebih khusus tujuan psikoanalisis adalah memperkuat ego membuatnya lebih indenpenden dari superego, memperlebar medan preseptual dan memperluas organisasinya segingga ia dapat mengambil bagian-bagian yang segar dari id. Dimana id berada, disitu ego slalu akan berada. Dengan uraian tersebut dapat disimpuulkan bahwa terapi psikoanalisa dapat membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien dan focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

Terapis
Terapis atau analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan & pengalaman lalu klien memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis. Peran terapis adalah sebagai berikut :
Ø  Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
Ø  Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
Ø  Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
Ø  Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan & pertentangan-pertentangan pada cerita klien

Klien
Peran klien dalam terapi sabagai berikut :
·         Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yg intensif & berjangka panjang
·         Mengembangkan hubungan denga analis / terapis
·         Mengalami krisis treatment
·         Memperoleh pemahamn atas masa lampau klien yang tak disadari
·         Mengembangkan resistensi-resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
·         Mengembangkan suatu hubungan transferensi yang tersingkap
·         Memperdalam terapi
·         Menangani resistensi-resistensi & masalah yangg terungkap
·         Mengakhiri terapi

Hubungan terapis & klien
·         Hubungan dikonseptualkan dalam proses tranferensi yg menjadi inti terapi Psikoanalisis
·         Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan padad terapis “ urusan yg belum selesai” yang terdapat dalam hubungan klien dimasa lalu dengan orang yang berpengaruh
·         Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci
·         Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya
·         Jika analis mengembangkan pandangan yang tidak selaras yg berasal dari konflik-konflik sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi
Ø  Bentuk kontratransferensi, perasaan tdk suka / keterikatan & keterlibatan yg berlebihan
Ø  Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan terapi

Teknik dasar Terapi Psikoanalisis
2.      Asosiasi bebas
adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman masa lalu & pelepasan emosi yamg berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu. Pasien diminta untuk mengungkapkan dengan kata-kata apa saja yang muncul dipikirannya dengan tanpa memperhatikan apakah yang dikemukakannya itu tidak relevan atau menjijikan. Tujuannya untuk mencapai kesadaran dengan bertolak dari pikiran sadar sekarang dan mengikutinya melalui suatu rentetan asosasi-asosiasi sampai kemana saja ia membawanya.
3.      Penafsiran
suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi. Bentuknya tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna.
4.      Analisis Mimpi
suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan. Pasien diminta untuk mengungkapkan suatu mimpi dan semua pikiran yang berkaitan dengannya. Selain meminta asosiasi-asosiasi dari orang yang bermimpi, menggunakan simbolisme untuk menginterprestasikan mimpi
5.      Analisis dan Penafsiran Resistensi
ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya
6.      Analisis & Penafsiran Transferensi
adalah teknik utama dalam Psikoanalisis karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi. Perasaan transferensi diperoleh terapis dan hanya dipindahkan kepadanya dari pengalaman pasien sebelumnya, biasanya pengalaman dengan orang tuanya

Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis

Kelebihan
·         Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
·         Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
·         Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan
·         Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
·         Tidak selamanya ingatan lama dapat dan harus disadari
·         Perawatan tidak efektif dengan psikosis atau penyakit konstitusional
·         Pasien yang sudah sembuh kemungkinan dapat mengembangkan neorosis yang lain
·         Psikoanasis harus digunakan bersama terapi lain
·         

Sekian tulisan mengenai terapi psikoanalisi, semoga bermanfaat untuk teman-teman semuanya J
                                                                                                            Wassalamualaikum Wr. Wb


Sumber :

Feist, J., & Feist, J. G. (2012) Teori Kepribadian Theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika.

Semiun, Yustinus. (2006) Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalistik Freud, Yogyakarta: Kanisisus



 

Olive's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review