Jumat, 31 Oktober 2014

#PinterNet Psikoterapi Via Internet

Diposting oleh Unknown di 22.17 0 komentar
Psikoterapi adalah serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Komputer sebagai media komunikasi,yaitu komunikasi antara seseorang individu dan individu lain dilakukan melalui komputer. Teknologi online juga membuat sangat sederhana untuk berpartisipasi dalam dukungan komunitas dan kelompok. Walaupun internet dikembangkan pada tahun 1960 penelitian lain yang menunggunakan komputer untuk membiarkan individu berkomunikasi atau berbicara untuk perangkat lunak dalam program. Konseling Cyber ​​adalah cara baru yang terdepan.
 Ada manfaat potensial dan ada pula risikonya. Menurut Grohol (2000) manfaat melakukan konseling online ada empat, yaitu:

1.     klien dapat mengirim dan menerima pesan setiap saat, siang atau malam dan di setiap tempat; 
2.     klien mampu mengambil selama mereka ingin menulis, dan memiliki kesempatan untuk merenungkan pesan; 
3.     klien secara otomatis memiliki catatan komunikasi untuk merujuk nanti; dan klien merasa kurang tertutup dari secara pribadi
4.     Klien juga harus diberitahu tentang potensi risiko seperti pesan tidak menjadi diterima dan kerahasiaan dilanggar. Menurut Ainsworth (2001) e-mail bisa gagal dan tidak diterima jika mereka dikirim ke salah alamat dan kerahasiaan bisa dilanggar dalam transit oleh hacker atau penyedia layanan internet atau di kedua ujung oleh orang lain dengan akses ke account e-mail atau komputer
Konseling Cyber ​​tidak akan pernah menggantikan tatap muka tradisional. Namun, tidak dimaksudkan untuk menggantikan konseling tradisional tetapi merupakan cara lain untuk peduli dan membantu. Ainsworth (2001) menemukan bahwa 90% dari orang-orang yang mencari bantuan secara online mengatakan bahwa itu membantu mereka. Berkomunikasi dengan seorang konselor melalui e-mail mungkin seaman berbicara satu secara pribadi. Konselor Cyber ​​akan mengambil tanggung jawab mereka serius untuk melindungi privasi dan kerahasiaan selama tidak ada lain orang yang dapat memperoleh akses ke account e-mail klien.

tidak diragukan lagi, ada kebutuhan dalam diri untuk beradaptasi dengan konsep-konsep psikoterapi dan teori-teori dalam dunia maya disebabkan kurangnya kontak secara langsung dengan orang lain. bahkan ada beberapa penulis yang mengusulkan berbagai kemungkinan praktek dan modalitas teoritis yang dapat berpotensi disesuaikan dengan konseling via dunia maya.
Selain itu hadirnya internet ini membuat para guru konseling /BK untuk dapat berperan serta menguasai berbagai keterampilan didalamnya. Seringkali masalah yang terjadi pada remaja berawal dari dunia online. Internet memang baik untuk bersosial tetapi dapat juga menimbulkan masalah sosial. Selain itu, konseling di dunia internet dapat membantu BK untuk mengupdate pengetahuannya guna membantu menjalankan tugas seperti mencari referensi, diskusi, dll. Situs konseling online secara khusus memanfaatkan berbagai media online seperti facebook, twitter, myspace, dll.
Konseling online adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya yang dihadapi klien. Konseling online merupakan proses yang komplek dengan sejumlah isu yang berbeda dan menantang yang memiliki karakteristik sendiri. Kemudian berkenaan dengan etika masalah penggunaan teknologi, latar belakang, pendidikan dan keterampilan, masalah hukum, bisnis dan masalah manajemen.
Selain itu psikoterapi via internet tidak hanya berguna bagi kalangan remaja sekolah perkantoran tetapi juga untuk para jemaat gereja seperti model konseling pastoral berbasis e-CRM, gereja harus mampu menjawab persoalan jemaat dengan kritis dan inovatif sekaligus tanggap terhadap proses perubahan teknologi. Gereja harus belajar untuk menanggapi persoalan jemaat akibat perubahan cara pola pikir yang disebabkan oleh perubahan teknologi. Tujuan dari sistem ini adalah bagaimana GPM bisa menjangkau para jemaatnya sekaligus memanfaatkan teknologi yang ada. Ini juga bermanfaat dalam membedah kasus, mana yang harus didahului, biasanya yang mendapat ranking teratas yang mendapat perhatian terlebih dahulu.

Beberapa negara yang menggunakan web counseling :

ü Australia
Beberapa agensi pemerintahan di Australia sudah mulai mengoperasikan konseling online. Seperti konseling online untuk narkoba dan alcohol dapat diperoleh melalui layanan yang disebut “Turning Point” (https://www.counsellingonline.org.au). Layanan ini disediakan gratis kepada klien. KHL yang berlokasi di Queensland menyediakan konseling online secara synchronous (chat) dan asynchronous (email) untuk kaum muda yang dengan usia sampai 18 tahun.

ü Singapore
Sebuah layanan yang sangat sukses bernama “Metoyou” menyediakan konseling online untuk mendukung anak muda di sekolah. Layanan ini diperkenalkan pada tahun 2000, dan dioperasikan dengan mengenakan biaya kepada sekolah untuk keanggotaan. Siswa-siswi di sekolah mendapatkan password dan dapat mengakses layanan ini mulai pukul 2.30pm – 5.30pm dari hari senin hingga jumat. Jika ada siswa yang mempunyai masalah yang penting, mereka dapat mengirim email pada layanan ini diluar waktu yang telah ditentukan dan seseorang akan memberikan respon.
Ketika pengguna sudah login, mereka akan diminta memasukkan nama depan, username, dan password sekolah.kemudian mereka akan masuk pada “waiting room”, disini mereka dapat memilih dengan konselor mana yang mereka ingin untuk berkonsultasi.


Di Indonesia sendiri tidak ada informasi pasti tentang kapan awalnya muncul istilah e-konseling, meskipun sebelumnya istilah ini ada yang menyebutnya dengan istilah cyber konseling, virtual konseling dan sebagainya. Namun secara khusus Ifdil (2009) memperkenalkan istilah Pelayanan E-Konseling di Indonesia. Istilah ini merangkaikan kata pelayanan dan kata e-konseling.Pelayanan e-konseling tidak hanya terbatas pada penyelenggaraan konseling (istilah yang paling populer untuk mengebut konseling individual) saja, namun diperluas menjadi penyenggaraan BK secara keseluruhan dengan bantuan teknologi. Tidak hanya online konseling melalui internet namun juga semua aspek pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi lainnya dalam penyenggaraan BK. Seperti penggunaan dan pemanfaatan program pengolahan instrumentasi, himpunan data siswa, aplikasi manajemen konseling, pemanfaatan media saat pemberian layanan klasikal di kelas dan sebagainya termasuk juga pemanfaatan telepon untuk penyelenggaraan konseling.

Ifdil (2009) Sejak lahirnya istilah Pelayanan e-konseling dan sebelumnya telah banyak dikembangkan berbagai aplikasi penunjang penyelenggaraan BK di Indonesia seperti Program Aplikasi untuk pengolahan Alat Ungkap Masalah (AUM), Program Analisis Tugas Perkembangan (ATP), Program Daftar Cek Masalah (DCM), Program Aplikasi IKMS, Program Database Siswa, Program E-sosiometri, Sistem Informasi Managemen Bimbingan dan Konseling (SIMBK) dan sebagainya termasuk lahirnya berbagai situs-situs penyedia layanan konseling online.
Situs-situs Konseling Online secara khusus memanfaatkan berbagai media online lainnya yang bisa digunakan untuk penyelenggaraan konseling online seperti jejaring sosial misalnya facebook, twitter, myspace; email; dan beberapa program aplikasi untuk chatting (instant messaging) seperti skype, messenger, google talk, window livemessenger; bahkan penggunaan telepon dan handphone serta media khusus teleconference lainnya.

Pelayanan ini dilakukan konselor dalam upaya membantu mengentaskan dan menangani permasalahan klien. Gibson (2008) menyebutkan pelayanan ini dilakukan oleh konselor untuk memberikan kenyamanan bantuan yang dibutuhkan konseli ketika menghadapi suatu masalah dan tidak mungkin dilakukan secara face to face(Gibson: 2008).
Beberapa tahun kedepan kebutuhan akan pelayanan konseling secara online akan meningkat (Mallen: 2005). Konseling online akan menjadi alternatif dalam penyelenggaraan konseling. Kondisi tersebut mau tidak mau, mengharuskan para guru bk/konselor untuk menguasai keterampilan pelayanan e-konseling secara umum dan konseling online secara khusus.


Referensi

Ø Hendri Cristianto,dkk. 2013. Aplikasi Psikotes Untuk Mengukur Nilai-Nilai Kehidupan dan Keyakinan Karir Berbasis Web. Vol 2 no 7. Hal 1-8.

Ø Ifdil, 2013. Konseling Onlinne Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-konseling. Vol 1 no 1 . Hal 1-27.

Rabu, 29 Oktober 2014

#PinterNet INTERNET ADDICTION

Diposting oleh Unknown di 21.00 0 komentar
Ø   Pembahasan
Internet addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya. Internet Addiction sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol dan judi akan mengakibatkan kegagalan akademis, menurunkan kinerja, perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. (Young, 1996b:20)
Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada
Hasil suatu pendapat online oleh salah satu internet provider di Jerman, yang diikuti oleh sekitar 1900 responden, menyatakan bahwa sekitar 12% responden menghabiskan waktu lebih dari 10 jam sehari untuk online, dan sekitar 13% responden mengaku menghabiskan waktu 6-10 jam sehari untuk online. Di China, sekitar 6,4% mahasiswanya mengalami kecanduan internet. Rata-rata, mereka menghabiskan 38,5 jam dalam seminggu untuk online. Sedangkan di Finlandia, banyak remaja yang sedang menjalani wajib militer terpaksa dipulangkan, karena internet addiction, dan tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan remaja-remaja lainnya. (Irawati, iprillia.multiply.com).
Ketidakmampuan seseorang dalam mengontol diri untuk terkoneksi dengan internet dan melakukan kegiatan bersamanya adalah cikal bakal dari lahirnya bentuk kecanduan ini, bahkan di Amerika Serikat sendiri telah berdiri panti rehabilitasi untuk menyembuhkan bentuk kecanduan khusus internet. Kebiasaan yang tidak terkendali memang terkadang dapat menimbulkan petaka tersendiri bagi diri kita, dengan tidak bisa mengatur lamanya durasi berinternet, menghabiskan waktu dan menghancurkan semua tanggung jawab dalam kehidupannya. Berdasarkan fenomena dan masalah yang timbul permasalahan tentang internet addiction yang berdampak negatif pada mahasiswa, baik dampak secara psikologis maupun kehidupan sosial remaja.
Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu; bermain games yang berlebihan, kegemaran seksual dan e-mail/pesan teks (chatting).
Sedangkan gejala-gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut:
1.     Pikiran pecandu internet terus-menerus tertuju pada aktivitas berinternet dan sulit untuk dibelokkan ke arah lain.
2.     Adanya kecenderungan penggunaan waktu berinternet yang terus bertambah demi meraih tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah dirasakan sebelumnya.
3.     yang bersangkutan secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan penggunaan internet
4.     Adanya perasaan tidak nyaman, murung, atau cepat tersinggung ketika yang bersangkutan berusaha menghentikan penggunaan internet.
5.     Adanya kecenderungan untuk tetap on-line melebihi dari waktu yang ditargetkan.
6.     Penggunaan internet itu telah membawa risiko hilangnya relasi yang berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan karier.
7.     Penggunaan internet menyebabkan pengguna membohongi keluarga, terapis, dan orang lain untuk menyembunyikan keterlibatannya yang berlebihan dengan internet.
8.     Internet digunakan untuk melarikan diri dari masalah atau untuk meredakan perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan, depresi, dan sebagainya.
Ada dua gejala yang senantiasa muncul dalam diri pecandu, yakni tolerance effect dan withdrawal syndrome. Yang dimaksud dengan tolerance effect adalah kecenderungan semakin bertambahnya waktu akses internet maupun semakin meningkatnya derajat konten porno, misalnya, agar pecandu memeroleh efek kenikmatan dan keterangsangan yang sama dengan sebelumnya. Sedangkan withdrawal syndrome adalah perasaan ketidaknyamanan dan kegelisahan yang sangat ketika pecandu tidak bias atau mengalami hambatan berinternet. Kedua gejala ini menjelaskan mengapa pecandu sering tidak menjadi lebih baik, malah semakin terbelenggu oleh kecanduan yang semakin dalam dari waktu ke waktu.
Secara khusus, sejumlah gejala pola perilaku telah dicantumkan oleh Kimberley Young, seorang peneliti tentang kecanduan internet, untuk menentukan apakah seseorang sudah digolongkan sebagai pecandu. Simtom itu adalah sebagai berikut:
1.     Pikiran pecandu internet terus-menerus tertuju pada aktivitas berinternet dan sulit untuk dibelokkan ke arah lain Adanya kecenderungan penggunaan waktu berinternet yang terus bertambah demi meraih tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah dirasakan sebelumnyayang bersangkutan secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan penggunaan internet.
2.     Adanya perasaan tidak nyaman, murung, atau cepat tersinggung ketika yang bersangkutan berusaha menghentikan penggunaan internet.
3.     Adanya kecenderungan untuk tetap on-line melebihi dari waktu yang ditargetkan.
4.     Penggunaan internet itu telah membawa risiko hilangnya relasi yang berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan karier.
5.     Penggunaan internet menyebabkan pengguna membohongi keluarga, terapis, dan orang lain untuk menyembunyikan keterlibatannya yang berlebihan dengan internet.
6.     Internet digunakan untuk melarikan diri dari masalah atau untuk meredakan perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan, depresi, dan sebagainya
               Seorang pengguna sudah dapat digolongkan sebagai pecandu internet bila ia memenuhi sedikitnya lima dari delapan kriteria yang disebutkan Young ini. Dari gambaran yang diajukan oleh Young ini, nampak bahwa kecanduan pada internet memberi dampak kerusakan pada tiga fungsi utama kepribadian, yakni fungsi pengendalian perasaan, fungsi akademis dan pekerjaan, dan fungsi relasi. Dengan kata lain, kecanduan internet berpotensi melumpuhkan kepribadian individu. Bila perkiraan 11% pengguna adalah pecandu internet merupakan perkiraan yang cukup akurat, dapat dibayangkan bagaimana hebatnya dampak kerusakan yang terjadi pada lingkup nasional bila pengguna internet di Indonesia telah melebihi 25 juta orang.


               Kecanduan diklasifikasikan menurut intensitas penggunaannya. Pratarelli dkk. (1999) membagi penggunaan internet ke dalam empat model:

1.     Model pertama adalah gangguan perilaku berupa penggunaan internet secara berlebihan,yang biasa disebut kecanduan internet.
2.     Model kedua adalah penggunaan internet secara fungsional, produktif, dan bermakna.
3.     Model ketiga adalah penggunaan internet untuk mendapat kepuasan seksual dan atau mendapat keuntungan sosial. Pada model ketiga ini biasanya orang yang pemalu atau introvert menggunakan internet untuk bersosialisasi atau mengekspresikan fantasinya.
4.     Model yang terakhir adalah individu yang tidak atau hanya sedikit tertarik pada internet.
5.     Kategorisasi yang dikembangkan oleh Young (1999) didasarkan atas jenis aktivitas yang dilakukan para pengguna internet.

 Kategorisasi yang searah dengan Young (1996) ini justru semakin berkembang. Young membagi kecanduaninternet  ke dalam lima kategori, yaitu: 

1.     Cybersexual addiction, yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situssitus porno atau cybersex secara kompulsif .
2.     Cyberrelationship addiction, yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber.
3.     Net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situssitus perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casino).
4.     Information overload, yaitu seseorang yang menelusuri situssitus informasi secara kompulsif. 
5.     Computer addiction, yaitu seseorangyang terobsesi pada permainanpermainan online (online games)

Referensi
Ø Sari Dewi Yuhana Ningtyas (2012). Hubungan Self Control dengan Internet Addiction Pada Mahasiswa. Volume 01 nomor 01 1 – 6

Ø  Trecy Whitny Santoso & Sugiharto Suharso (2012).  Periaku Kecanduan Permainan Internet. Volum 02 nomor 01 1-5

Ø Tirania Dwiratri, Suci Murti Karini, Macmuroch. Hubungan antara Kecanduan Internet dan Depresi Pada Mahasiswa Pengguna Warna di Kelurahan Jebes Surakarta. Hal 1-10

Ø Widiana, H.S., Retnowati, S., Hidyat, R., Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Indonesian Psychologycal Journal Vol.1 No. 1. Hal 6-16

Ø Hasibuan, Adlin. (2014). Sistem Pakar Diagnosa Kecanduan Menggunakan Internet (Internet Addiction) Menggunakan Metode Certainty Factor. Pelita Informatika Budi Dharma. Volume 6 nomor 3. Hal 143-147

Selasa, 28 Oktober 2014

#PinterNet Dampak Positif dan Negatif Internet

Diposting oleh Unknown di 20.10 0 komentar

Pembahasan Jurnal

Dampak Positif dan Negatif Internet 

Post-ingan ini di khusus kan untuk tugas softskill mereview jurnal dengan pembahasan mengenai dampak positif dan negatif internet. Adapun jurnal yang saya  review sebanyak lima jurnal.  Berikut hasil review juranal.

Ø  Identitas Jurnal

·          Jurnal Pertama :
Jurnal pertama yang direviw adalah  sebuah jurnal dari  http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewArticle/5809. Ditulis oleh Putri Ekasari  dan Arya Hadi Dharmawan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Jurnal ini berjudul Dampak Sosial Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet “Dalam Kehidupan Remaja di Pedesaan”. Diterbitkan pada tahun 2012 dengan  ISSN : 1978-4333, Volume  06, No. 01.

·        Jurnal Kedua :
Jurnal yang kedua yang akan direview adalah sebuah jurnal  dari 
http://palimpsest.fisip.unair.ac.id/images/pdf/astutik.pdf.  Ditulis oleh Astutik Nur Qomariah, mahasiswa S1 Departemen Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal ini berjudul Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan. Diterbitkan pada tahun 2010.

·        Jurnal Ketiga :
Jurnal yang ketiga yang direview adalah sebuah jurnal dari jurnal online psikologi. Ditulis oleh Apris Ruhban, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadia Malang. Jurnal ini berjudul Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook pada Remaja. Diterbitkan pada tahun 2013, volum 01 No. 02, ISSN: 2301-8259

·        Jurnal Keempat :
Jurnal keempat yang direview adalah jurnal dari http://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/viewArticle/321. Ditulis oleh Flourensia Sapti Rahayu, mahasiswa program studi Teknik Informatika Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Jurnal ini berjudul Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi. Diterbitkan pada tahun 2010, volum 08 nomor 02.

·       Jurnal Kelima :
Jurnal kelima yang akan direview adalah jurnal dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ln5ba2011865full.pdf. Ditulis oleh Elfan Rahadian K. , mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Po,itik Universitas Airlangga. Jurnal ini berjudul Pemanfaatan Internet dan Dampaknya pada Pelajar Sekolah Menengah Atas.

Ø Abstrak

·       Jurnal Pertama :
Penelitian ini dilakukan di dua desa, mereka Cibatok I Desa dan Pangradin Desa, The Kabupaten Bogor Jawa Barat, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menganalisis dan menentukan dampak dari penggunaan internet pada remaja karakteristik untuk pola penggunaan internet di dua desa 2) untuk menganalisis dampak sosial ekonomi yang dibawa oleh pola penggunaan internet remaja di dua desa. Penelitian ini didekati dengan menggunakan metode kuantitatif didukung dengan metode kualitatif. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan wawancara menggunakan kuesioner. Sementara itu, hasil penelitian ini menunjukkan 1) Perbedaan pola penggunaan internet di dua desa 2) Ketersediaan akses internet di Cibatok I Desa telah membuat dampak pada perubahan sosial-ekonomi dari kehidupan remaja. Sementara itu, tidak jelas terlihat pada remaja tinggal di Pangradin Village.
Kata kunci: Teknologi Komunikasi (TIK) Informasi dan, Perubahan Sosial, Internet, Cyber ​​Society, Masyarakat Pedesaan, Remaja, Dampak Sosial Ekonomi.

·          Jurnal Kedua :
Kemudahan fasilitas akses internet dan semakin canggih fasilitas yang ditawarkan oleh internet di era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hari ini didampingi oleh munculnya fenomena yang menunjukkan minat yang tinggi untuk pemuda perkotaan di menggunakan Internet. Dari fenomena ini peneliti ingin mengetahui gambar yang benar bagaimana menggunakan internet perilaku pada remaja perkotaan saat ini. Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya pada penggunaan internet di kalangan anak muda perkotaan di Indonesia, yang usang dalam arti waktu melakukan penelitian dan topik. Para peneliti telah dilakukan dalam waktu ketika akses internet sangat jarang untuk umum dan bahkan tidak tersedia di sekolah. Topik sekitar hubungan antara motif penggunaan internet dan kepuasan pelanggan, pengaruh internet sebagai media komunikasi interaktif, dampak negatif dari internet digunakan pada kehidupan sosial atau dari titik pandang psikologis. Sebaliknya, penelitian ini, saya ingin khusus mengidentifikasi bagaimana remaja perkotaan mengetahui dan menggunakan internet pada saat pertama untuk mengambil keuntungan internet yang mencakup intensitas penggunaan internet, aktivitas Internet apa mereka lakukan dalam menggunakan internet, termasuk untuk kepentingan apa yang mereka lakukan secara online kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok sebaya merupakan salah satu faktor berpengaruh untuk pemuda untuk memanfaatkan internet untuk pertama kalinya. Peer group bertindak sebagai mentor tentang bagaimana memanfaatkan internet hanya untuk bersenang-senang atau tujuan akademik. Pemuda biasanya memanfaatkan internet pada rumah daripada di publik / internet sewa. Mereka memanfaatkan internet untuk mencari informasi, kegiatan rekreasi, komunikasi dan keperluan transaksi keuangan. Sebagian besar penggunaan dari internet bagi mereka yang untuk bersantai dan mencari artikel mengenai akademis mereka tugas.Keywordsi: Internet use behaviour, internet user typologies, the youth

·     Jurnal Ketiga :
Penggunaan facebook dengan intensitas yang terlalu tinggi dapat menurunkan produktifitas dan performa, khususnya pada para remaja. Kontrol diri dibutuhkan sebagai agen dalam membimbing, dan mengatur perilaku. Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris hubungan kontrol diri dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja. Responden dalam penelitian ini adalah remaja di kota Malang dengan jumlah subjek 349 orang dengan rentang usia 17-21 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala kontrol diri dengan α = 0,89 dan skala intensitas penggunaan facebook dari Elison dkk (2007) dengan α = 0, 83; yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan program statistik SPSS for windows versi 11.5. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kontrol diri dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja (r = 0,158 dan p = 0,003).
Kata kunci : Facebook, kontrol diri, intensitas penggunaan facebook

·        Jurnal Keempat :
Teknologi Informasi dapat membawa dampak positif dan negatif baggi kehidupan kita. Salah satu dampak negatif dari Teknologi Informasi adalah munculnya Cyberbullying. Cyberbullying adalah perlakuan yang ditujukan untuk mempermalukan, menakut-nakuti, melukai, atau menyebabkan kerugian bagi pihak yang lemah dengan menggunakan sarana komunikasi Teknologi Informasi. Di negara lain ada banyak kasus Cyberbullying yang berakhir dengan kejaidan yang lebih serius seperti bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang fenomena Cyberbullying di Indonesia. Untuk mendapatkan data digunakan kuesioner yang didistribusikan kepada siswa-siswi usia SMP dan SMA di kota Magelang, Yogyakarta dan Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cyberbullying telah terjadi dengan angka yang cukup besar (28%) namun dampaknya tidak begitu serius. Dari jawaban-jawaban yang diberikan dapat disimpulkan bahwa banyak remaja yang belum memahami tentang Cyberbullying dan potensi dampak yang dapat ditimbulkannya. Dalam penelitian ini juga dieksplorasi tentang peranan, tanggung jawab, dan hal-hal apa yang dapat dilakukan oleh remaja, orang tua, sekolah, penegak hukum, dan masyarakat untuk mencegah dan menghentikan Cyberbullying.
Kata Kunci: Dampak Teknologi Informasi, Cyberbullying, Remaja


Ø  Pembahasan Penelitian

·       Jurnal Pertama :
Jurnal ini ditulis untuk meneliti
perkembangan internet di daerah perdesaan. Di pedesaan, konsep tentang desa dan masyarakatnya saat ini telah mengalami perubahan yang cukup besar akibat berkembangnya teknologi informasi, seperti internet. Adanya internalisasi nilai-nilai budaya barat akibat mudahnya akses teknologi internet di pedesaan telah membawa dampak terhadap perubahan gaya hidup masyarakat di pedesaan, terutama di kalangan remaja desa. Gaya hidup remaja desa pada masa dahulu selalu diidentikkan dengan gaya hidup yang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama dan budaya setempat. Penelitian ini dilakukan di dua desa, yaitu Desa Cibatok I  dan Desa Pangradin, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah 
1) Untuk menganalisis dan menentukan dampak dari penggunaan internet pada remaja karakteristik untuk pola penggunaan internet di dua desa.
2) untuk menganalisis dampak sosial ekonomi dan dampak positif juga negatif yang dibawa oleh pola penggunaan internet remaja di dua desa.

Pada penelitian ini juga akan dilihat dampak yang ditimbulkan internet yang dilihat dari aspek sosial dan aspek ekonomi. Dampak sosial dalam penelitian ini diukur dari intensitas hubungan sosial dalam keluarga, intensitas hubungan yang dibina/dijalin oleh remaja di pedesaan antara teman di dunia nyata dengan temannya di dunia maya, alokasi waktu antara bermain internet dengan aktivitas lainnya luasnya jaringan sosial dunia maya yang tidak terbatas oleh territorial, tingginya perilaku negatif, rendahnya tingkat penghargaan terhadap nilai-nilai dan norma, serta terjadi perubahan pada pola pikir atau ideologi remaja. Hal ini sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1.

·       Jurnal Kedua :
Internet memang membawa begitu banyak kemudahan kepada
penggunanya. Beragam akses terhadap informasi dan hiburan dari berbagai penjuru dunia dapat dilakukan melalui satu pintu saja. Internet juga dapat menembus batas dimensi kehidupan penggunanya, waktu, dan bahkan ruang sehingga internet dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun.  Tidak seperti orang dewasa yang pada umumnya sudah mampu mem-filter hal-hal
baik ataupun buruk dari internet, remaja sebagai salah satu pengguna internet justru sebaliknya. Selain, belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, mereka juga cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial mereka tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau negatiif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Terkait dengan aktivitas internet yang telah dilakukan kalangan remaja perkotaan di Indonesia, sejumlah survei dan studi sebenarnya telah diadakan berbagai pihak sebelumnya sekitar tahun 2000 sampai dengan 2003-an yang juga mengungkap aktivitas internet remaja meskipun bukan menjadi kajian utama. Untuk itu, penelitian ini penting dilakukan karena melalui penelitian ini akan dihasilkan suatu informasi atau gambaran tentang perilaku penggunaan internet pada kalangan remaja di perkotaan pada umumnya saat ini, sehingga dapat memberikan pemahaman bagi kalangan orang tua atau institusi pendidik sekaligus bisa digunakan sebagai kontribusi untuk membuat kebijakan yang mengarahkan secara positif pada kalangan remaja di perkotaan dalam menggunakan internet. Dengan demikian, upaya-upaya tersebut diharapkan akan dapat mereduksi efek negatif dan meningkatkan pemanfaatan internet secara positif bagi remaja.

·               Jurnal Ketiga
Intensitas pemakaian facebook adalah keadaan seseorang yang mampu menggunakan facebook dalam ukuran waktu tertentu seperti mengganti status profil, mengganti skin, mencari dan menambah teman dan mengaplikasikan fitur-fitur yang disediakan facebook (Fitri, 2011). Pada umumnya facebook memberikan layanan untuk membuat biodata pribadi, dan menjalin hubungan dengan teman sesama pengguna facebook. Facebook menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan setiap penggunaan untuk bersosialisasi dan menambah keintiman dengan teman-teman sekolah, keluarga, dan teman facebooknya. Pemanfaatan fasilitas facebook mengarah kepada intensitas penggunaan facebook dan memungkinkan mendatangkan konsekuensi-konsekuensi bagi penggunanya, sehingga dalam penggunaannya kontrol diri sangat berperan penting.

Dengan kontrol diri individu tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan, walaupun mengalami banyak hambatan, dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan atau norma yang berlaku dimana ia berada, tidak menunjukan perilaku yang emosional atau meledak-ledak, dan bersifat toleran atau dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang tidak dikehendaki (Forzano, & Logue, 1995). Sebagaimana pendapat Kazdin (1994) kontrol diri diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas dan mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin terjadi yang berasal dari luar (Ghufron & Risnawita, 2012). Kontrol diri memungkinkan seorang pengguna facebook bisa mengarahkan perilakunya secara wajar dan tepat sehingga bisa menghindari konsekuensi negatif dan mendapatkan konsekuensi positif.

Rasionalisasi dari penjabaran tersebut ialah seorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi dapat mengatur dan mengarahkan perilakunya secara tepat sehingga tidak larut dalam menggunakan facebook, Tangney, et al. (2004) kontrol diri yang tinggi dikorelasikan dengan hubungan interpersonal yang baik. Sebaliknya seorang yang memiliki kontrol diri rendah akan cenderung larut dan mengarahkan seluruh konsentrasinya dalam menggunakan fasilitas facebook. Begitu besarnya sumbangsih kontrol diri terhadap kehidupan manusia sehingga penulis tertarik untuk mengetahui apakah kontrol diri berperan terhadap pembentukan intensitas penggunaan facebook sekaligus memberikan bukti empiris terhadap faktor yang mempengaruhi terbentuknya intensitas penggunaan facebook secara berlebihan.

·               Jurnal Keempat:
 Pemanfaatan Teknologi Informasi di dunia sekarang ini memang bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi banyak keuntungan dan manfaat yang bisa kita dapatkan, diantaranya Teknologi Informasi dapat mempermudah manusia dalam menjalani tugas kehidupannya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Tetapi di sisi lain tidak sedikit kerugian dalam bentuk hal-hal negatif yang menyertai penggunaan Teknologi Informasi ini. Salah satu dampak negatif yang timbul dengan adanya Teknologi Informasi ini adalah munculnya fenomena Cyberbullying di kalangan anak-anak maupun remaja. Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. "Korban cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang," ujar para peneliti. Melihat maraknya fenomena cyberbullying ini, penulis membuat penelitian tentang fenomena cyberbullying di kalangan remaja kita di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang cyberbullying di kalangan remaja kita, untuk mengetahui tentang peran dan tanggung jawab orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah dalam menyikapi fenomena cyberbullying, dan untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat ditempuh baik untuk mencegah maupun mengatasi tindakan cyberbullying. Diharapkan setelah kondisi yang sebenarnya diketahui, dapat diambil tindakan-tindakan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat supaya perilaku cyberbullying ini dapat dicegah dan dihentikan.

·               Jurnal Kelima

Kini internet sudah diterima dan masuk sekolah-sekolah di Indonesia, tak
terkecuali di SMP dan SMA. Salah satu bukti yang tidak terbantahkan adalah
adanya materi pemanfaatan internet pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang harus dipelajari siswa-siswi SMP saat menduduki kelas
IX, sehingga membuat pihak sekolah harus memiliki laboratorium komputer yang
terkoneksi internet sebagai sarana utama penunjang mata pelajaran tersebut
dengan istilah model pembelajaran ICT (Information and Communication
Technology). Artinya, pendidikan berbasis teknologi akan dieksplorasi sedalamdalamnya
dalam memberikan pembelajaran pada peserta didik. Jadi, dengan
adanya pemanfaatan internet di sekolah ini diharapkan akan semakin
mendekatkan sumber informasi kepada guru dan peserta didik mereka sehingga
mereka memperoleh kemudahan mengakses informasi dari berbagai sumber,
khususnya yang berkaitan dengan materi yang paling mutakhir di bidang
pendidikan atau pembelajaran.
Dampak internet bisa negatif, bisa pula positif dalam bidang pendidikan.
Hal tersebut tidak menyurutkan langkah beberapa sekolah menengah atas di
Surabaya untuk menyertakan fasilitas internet dalam kegiatan belajar mengajar di
lingkungan sekolah maupun di rumah. Salah satu SMA Negeri yang termasuk
sebuah sekolah favorit di Surabaya yaitu SMA Negeri 9 adalah sekolah



Ø  Metode

·          Junal Pertama
Dalam jurnal ini metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Dalam pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan metode studi kasus, pengamatan, dan wawancara. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui dampak sosial-ekonomi masuknya pengaruh internet dalam kehidupan remaja dengan membandingkan antara desa yang sudah memiliki akses internet yang memadai dengan desa yang memiliki akses internet rendah. Metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam mengenai perkembangan internet di kedua desa melalui teknik wawancara. Pendekatan lapangan yaitu lokasi dan waktu penelitian dikedua desa, teknik pengolahan analisi data , dan gambaran umum lokasi penelitian.

·          Jurnal kedua
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan format deskriptif survei dengan sampel 96 orang. Lokasi penelitian dilakukan di SMP dan SMA Surabaya, dengan pemilihan lokasi menggunakan multistage random sampling. Dan, lokasi yang terpilih dalam penelitian ini adalah SMP dan SMA dikecamatan Genteng wilayah Surabaya Pusat, yakni SMP Negeri 37 Surabaya, SMP IMKA /YMCA-I Surabaya, SMA Negeri 5 Surabaya, dan SMA Trisila
Surabaya. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak atau random sampling/probability sampling, dengan teknik pengambilan sampel sistematis atau systematic sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah data primer (kuesioner dan teknik ”probing”), sekunder (data yang diperoleh dari institusi terkait), studi kepustakaan, dan observasi. Semua data primer yang terkumpul dalam penelitian ini diolah secara komputerisasi, yakni dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk statistik deskriptif. Secara umum terdapat tiga hal yang akan dianalisa dalam penelitian ini, yakni berkaitan dengan pengenalan dan penggunaan internet pertama kalinya pada kalangan remaja di perkotaan, intensitas penggunaan internet pada kalangan remaja di perkotaan, dan kepentingan-kepentingan penggunaan internet pada kalangan remaja di perkotaan. Peneliti menganalisa sepenuhnya dengan menggunakan interpretasi teoritik, di mana data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan (kuantitatif maupun kualitatif) dibandingkan atau dikaitkan dengan beberapa teori yang ada, pendapat para ahli, atau temuan dari penelitian sebelumnya.

·          Jurnal Ketiga :
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif korelasional antara dua variabel dengan menggunakan metode penghitungan statistik tertentu sehingga akan diketahui ada atau tidak hubungan antara dua variabel yang diteliti.

Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah remaja dengan kriteria: berusia 17-21 tahun dan sebagai pengguna facebook. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di kota Malang dengan besar sampel berada pada jumlah populasi tak terhingga dengan taraf kesalahan 5% berjumlah 349 responden (Sugiono, 2010). Penelitian ini menggunakan sampling insidental dimana teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiono, 2010).

Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ialah kontrol diri dan intensitas penggunaan facebook. Kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk menentukan perilakunya berdasarkan standar yang dikemukakan oleh Tangney, et al. (2004) khususnya, kontrol atas pikiran, pengendalian emosi, kontrol impuls, pengaturan kinerja, dan kebiasaan melanggar. Adapun intensitas penggunaan facebook dilihat dari banyaknya teman yang dimiliki, waktu yang dihabiskan mengakses facebook (Ellison, et al., 2007).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala Likert. Skala kontrol diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah self control scale milik Tangney dkk (2004) di terjemahkan dalam bahasa indonesia yang terdiri dari 36 item dengan α = 0,89. Sedangkan skala intensitas penggunaan facebook yang digunakan ialah facebook intensity milik Elison, et al. (2007) tediri dari 2 item dengan α = 0,83 yang di terjemahkan dalam bahasa indonesia.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan tahap persiapan ialah proses menyiapkan skala kontrol diri dan skala intensitas penggunaan facebook. Selanjutnya tahap pelaksanaan yaitu menyebarkan skala kontrol diri dan skala intensitas penggunaan facebook. Dan akhirnya tahap penulisan laporan penelitian ialah penyusunan laporan hasil penelitian yang dilakukan. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan program statistik SPSS for windows versi 11.5.


·          Jurnal Keempat :

Untuk penggalian data digunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner disebarkan ke 500 remaja (12-19 th) di kota Magelang, Semarang, dan Yogyakarta. Materi kuesioner menanyakan tentang pengalaman remaja tentang akan fenomena bullying baik secara tradisional maupun cyberbullying. Dari 500 lembar kuesioner yang dibagikan, yang kembali hanya 363 lembar saja (72,6%). Hasil kuesioner kemudian akan dianalisa secara kuantitatif untuk memperoleh data statistiknya. Secara umum prosedur penelitian yang akan dilaksanakan meliputi penyusunan kuesioner, penentuan sampel penelitian, pengurusan ijin penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner kepada responden, penarikan kuesioner, analisa data, dan penyusunan laporan. Penyusunan laporan dilakukan dengan melibatkan juga studi literatur. Literatur yang digunakan berasal dari buku, jurnal, dan Internet.

·          Jurnal Kelima

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan
kuantitatif dengan tipe deskriptif. Tipe ini dipilih karena peneliti bermaksud menggambarkan intensitas pemanfaatan internet para siswa dan dampak positif maupun negatif tanpa melakukan pengujian hipotesis (Singarimbun, 1995). Penelitian deskriptif dapat memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur,2003). Dari hasil penelitian ini penulis mendeskripsikan atau menggambarkan. Pemanfaatan Internet Dan Dampaknya Pada Pelajar SMA Di Surabaya 7
intensitas pemanfaatan internet para siswa serta melihat sejauh mana internet kegiatan tersebut memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para siswa. Lokasi penelitian difokuskan pada SMAN 09 Surabaya.

Ø Hasil

·          Jurnal Pertama
Hasil yang diproleh dalam penelitian ini mengatakan bahwa internet memberikan dampak positif maupun negatif bagi perkembangan pola pikir dan perilakunya. Tabel 7 menyajikan data mengenai dampak positif masuknya internet yang dirasakan oleh responden di Desa Cibatok I dan Desa Pangradin. 
Beberapa hal yang dapat dijelaskan dari Tabel 7 mengenai dampak positif internet bagi remaja di kedua desa, yaitu :

1. Remaja di kedua desa menyatakan bahwa internet telah menambah wawasan mereka mengenai dunia luar dengan memberikan informasi-informasi terbaru yang dapat meningkatkan pengetahuan mereka.
2. Rata-rata remaja di kedua desa memanfaatkan internet untuk menambah teman atau relasi melalui situs jejaring sosial seperti Facebook. Melalui Facebook, mereka dapat menjalin pertemanan dengan banyak orang yang tidak terbatas oleh geografis.
3. Remaja di Desa Cibatok I menyatakan bahwa internet telah memudahkan komunikasi mereka dengan oran-orang luar, terutama dengan teman-teman mereka yang sudah lama tidak bertemu. Internet juga melatih mereka untuk menjalin komunikasi dengan warga asing sehingga mereka dapat mengasah kemampuan mereka dalam berbahasa asing.
4. Internet bagi remaja di kedua desa dijadikan sebagai sarana hiburan. Bagi remaja laki-laki, mereka sering bermain game online untuk menghilangkan kejenuhan setelah beraktivitas.
5. Internet bagi remaja di Desa Cibatok I juga dijadikan sebagai media untuk menjalin silaturahmi dengan berbagai teman-teman lama atau sesama anggota dari suatu grup dunia maya.
6. Pada saat ini, remaja di kedua desa juga telah memanfaatkan internet sebagai sarana bisnis untuk menjual suatu produk mereka secara online atau mempromosikan band agar dikenal oleh masyarakat dunia maya lainnya.

Dalam penelitian ini, bebeberapa kasus perilaku negatif pada remaja di kedua desa, yaitu:

1. Pengaruh internet telah menyebabkan sebagian remaja di kedua desa sering melupakan tugas sekolah dan waktu beribadah.
2. Rata-rata remaja di Desa Cibatok I sudah pernah melihat situs pornografi. Hal ini dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja ketika membuka suatu laman atau situs tertentu. Responden laki-laki memiliki persentase lebih banyak dibandingkan perempuan dalam hal melihat situs pornografi. Berbeda dengan yang terjadi di Desa Pangradin, hanya satu remaja saja yang mengaku pernah melihat situs tersebut.
3. Situs jejaring sosial telah membuat penggunanya melakukan tindak perkelahian dengan temannya di dunia maya maupun di dunia nyata. Hal ini dipicu oleh berbagai hal, seperti akibat penghinaan yang dilakukan oleh temannya di dunia maya, persoalan cinta, kesalahpahaman, dan lain-lain.
4. Beberapa remaja di kedua desa mengaku pernah tidak masuk sekolah (bolos) akibat terlalu asyik bermain game online. Hal ini dilakukan oleh empat remaja di Desa Cibatok 1 dan dua remaja di Desa Pangradin.
5. Terdapat satu responden di Desa Cibatok I yang mengaku sering begadang karena keasyikan bermain game online. Hal ini diakibatkan disediakannya fasilitas internet di rumah oleh orangtuanya. Kurangnya pengawasan dan ketidaktahuan orang tua dalam menggunakan internet membuat remaja menjadi leluasa mengakses situs-situs dan aplikasi game yang tersedia. Hal ini tidak terjadi di Desa Pangradin dikarenakan keterbatasan fasilitas internet yang dimiliki.
6. Terdapat dua responden di Desa Cibatok I yang mengaku pernah berjudi atau taruhan bersama teman-temannya ketika bermain game online. Hal ini mereka lakukan hanya sekedar terpengaruh ajakan temana atau memang untuk memperoleh tambahan uang saku. Hal ini juga tidak terjadi di Desa Pangradin.
7. Terdapat dua responden di Desa Cibatok I yang mengaku pernah merasa malas membantu orang tua karena asyik bermain internet. Mereka lebih memilih bermain internet berjam-jam dan mengacuhkan himbauan orang tua jika mereka meminta bantuan. Sementara di Desa Pangradin, remajanya lebih memilih untuk bekerja membantu orang tua daripada bermain internet.
8. Terdapat tiga responden di Desa Cibatok I yang mengaku mengeluarkan banyak biaya untuk bermain internet. Mereka mengeluarkan uang untuk biaya pulsa, biaya ke warung internet, atau biaya internet di rumah. Berbeda dengan yang terjadi di Desa Pangradin, hampir sebagian remajanya yang bekerja menyisihkan uang untuk diberikan kepada orang tua.
mereka. Bagi yang belum bekerja, lebih memilih mengeluarkan biaya untuk keperluan lainnya dibandingkan untuk bermain internet.
9. Situs jejaring sosial sering disalahgunakan oleh penggunanya, terutama kaum remaja. Kurangnya kesadaran mengenai manfaat jejaring sosial sering menjadikan remaja sebagai korban ataupun tersangka kejahatan dunia maya.
10. Terdapat satu responden di Desa Pangradin yang mengaku pernah melakukan tindak penipuan dengan memanfaatkan fasilitas internet.

Dampak Ekonomi Internet dalam Kehidupan Remaja Desa :

1.     Tingkat Pendapatan
Pada saat ini, internet bukan hanya menjadi media sosial bagi sebagian masyarakat tetapi juga digunakan sebagai media untuk penjualan produk yang dikenal dengan istilah bisnis online. Sebagian remaja di Desa Cibatok I dan Desa Pangradin ada yang memilih untuk mencoba memasarkan produk mereka melalui transaksi online untuk menambah uang saku mereka. Namun, ada juga yang menyalahgunakan internet untuk memperoleh uang dengan melakukan taruhan atau judi bersama teman-temannya. Dari hasil penelitian, rata-rata remaja yang memanfaatkan internet untuk memperoleh uang saku tambahan, hanya sekitar 23 persen (tujuh orang) di Desa Cibatok I dan 13 persen (empat orang) di Desa Pangradin.

2.     Alokasi Uang Saku/Tingkat Pengeluaran
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata alokasi uang saku remaja Desa Cibatok I digunakan untuk biaya pendidikan, yaitu dengan persentase 27 persen atau sebesar Rp100.000,00 perbulan. Sementara itu, biaya yang digunakan untuk mengakses internet, baik di rumah, warung internet maupun melalui ponsel. Sementara itu, rata-rata alokasi uang saku remaja Desa Pangradin digunakan untuk biaya lain, seperti menabung atau diberikan kepada orang tua bagi yang bekerja dengan persentase 30 persen atau sebesar Rp86.633 per bulan.

·          Jurnal kedua
Dari sejumlah aktivitas internet yang diajukan peneliti saat melakukan penyebaran kuesioner ditemukan bahwa terdapat beberapa aktivitas internet yang dilakukan kalangan remaja diperkotaan, antara lain:

- Mencari sumber-sumber/bahan-bahan terkait dengan mata pelajaran atau tugas sekolah
- Mencari informasi kesehatan
- Mencari berita atau informasi peristiwa-peristiwa terkini yang terjadi di dunia, baik di
dalam negeri maupun luar negeri
- Mencari informasi pendidikan selanjutnya
- Mencari informasi terkait dengan hobi atau minat, seperti: otomotif, membaca buku, dll.
- Mencari informasi hiburan
- Mengirim atau menerima pesan email
- Mengunjungi situs social networking, seperti: friendster, facebook,myspace,dll.
- Mencari gambar, seperti: kartun, wallpaper, screen saver, artis yang disukai, dll
- Chatting dengan teman atau orang lain
- Men-download lagu
- Mengirim atau menerima pesan email
- Bermain game online
- Mengunjungi situs-situs pornografi
- Blogging
- Membeli produk secara online, misalnya buku, musik, mainan atau pakaian
- Membaca komik online

Untuk mengetahui kepentingan-kepentingan penggunaan internet dari aktivitas-aktivitas internet yang dilakukan kalangan remaja di perkotaan tersebut peneliti mengacu klasifikasi kepentingan penggunaan internet yang ditemukan Wayne Buente dan Alice Robbin (2008) dengan mengidentifikasi terlebih dahulu aktivitas-aktivitas internet apa sajakah yang dilakukan remaja perkotaan, kemudian dilakukan probing terhadap beberapa responden dengan tujuan untuk mengetahui alasan atau untuk kepentingan apasajakah sebenarnya bagi sebagain besar responden melakukan aktivitas-aktivitas internet tersebut.

·        Jurnal Ketiga :
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan menunjukan koefisien korelasi dari keduanya sebesar 0,158 dengan probabilitas sebesar 0,003 (p < 0,05). Nilai tersebut menunjukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kontrol diri dengan intensitas peggunaan facebook pada remaja. Artinya bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin tinggi pula intensitas penggunaan facebook pada remaja, sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin rendah pula intensitas penggunaan facebook pada remaja. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis regresi untuk mengetahui sejauh mana kontrol diri berkontribusi terhadap intensitas penggunaan facebook pada remaja. Berdasarkan nilai signifikansi yang didapat dari hasil analisis regresi sederhana yang dilakukan, mendapatkan nilai probabilitas P = 0,003 lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05) yang menunjukan bahwa variabel intensitas penggunaan facebook dipengaruhi oleh variabel kontrol diri. Kontribusi variabel kontrol diri terhadap intensitas penggunaan facebook pada remaja sebesar 25%. Artinya bahwa masih terdapat 75% intensitas penggunaan facebook pada remaja dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Berdasarkan penjelasan analisis data tersebut, menunjukan bahwa kontrol diri memiliki hubungan positif atau hubungan berbanding lurus dengan intensitas penggunaan
facebook pada remaja, dimana semakin tinggi kontrol diri maka semakin tinggi pula intensitas penggunaan facebook pada remaja dan begitu pula sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin rendah intensitas penggunaan facebook pada remaja. Uraian diatas menunjukan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi “ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja” secara prosedur tidak diterima. Pembentukan tinggi rendahanya intensitas penggunaan facebook pada remaja bisa dilihat melalui perceived behavior control (PBC). PBC adalah ukuran sejauh mana individu percaya tentang mudah atau sulitnya menampilkan tingkah laku tertentu (Hogg & Vaughan dalam Inayati, 2011). Adapun menurut Felman (dalam Inayati, 2011) PBC adalah persepsi tentang kesulitan atau kemudahan dalam melaksanakan tingkah laku, berdasarkan pada pengalaman sebenarnya dan hambatan yang diantisipasi dalam melaksanakan tingkah laku tertentu. Jika dilihat dari pengertian PBC, intensitas penggunaan facebook yang tinggi dipengaruhi oleh keyakinan pengguna tentang manfaat yang didapatkan ketika menggunakan facebook. Keyakinan tentang manfaat ini berupa, bisa berkomunikasi dengan teman-teman, bersosialisasi dan menambah relasi, juga mencari informasi-informasi yang dibutuhkan. Keyakinan-keyakinan itulah yang turut berpartisipasi dalam membentuk intensitas penggunaan facebook yang tinggi. Begitu pula sebaliknya ketika keyakinan yang terbentuk kecil maka intensitas penggunaan facebook juga cenderung rendah.

·        Jurnal Keempat :
Beberapa penelitian lain difokuskan pada bagaimana kecenderungan individu dan sikap terhadap interaksi sosial mempengaruhi penggunaan Internet. Nie [29] berpendapat bahwa frekuensi penggunaan Internet secara positif berhubungan dengan sosialitas. Menurut penelitian ini, mereka yang bergabung dalam kegiatan sosial lebih aktif memiliki kecenderungan kuat untuk menggunakan Internet, dan frekuensi penggunaan Internet memiliki hubungan negatif dengan frekuensi komunikasi dan kontak sosial dengan orang lain. Beberapa peneliti juga menyatakan kecemasan mereka tentang efek negatif penggunaan Internet. Dari hasil kuesioner didapatkan data bahwa 28% siswa pernah mengalami cyberbullying dan 1% siswa mengatakan sering mengalaminya. Selanjutnya berusaha didapatkan data dimana cyberbullying ini kerap terjadi. 55% siswa mengatakan cyberbullying terjadi pada saat mereka berada di lingkungan sekolah dan 45% mengatakan cyberbullying terjadi pada saat mereka berada di luar lingkungan sekolah. Dari 29% siswa yang pernah dan sering mengalami cyberbullying didapatkan fakta 70% siswa mengatakan bahwa serangan hanya terjadi satu atau dua kali saja lalu berhenti, 17% mengatakan mendapatkan perlakuan tersebut beberapa kali dalam satu minggu, 6% mendapatkan perlakuan tersebut satu minggu sekali, dan 6% siswa mendapatkan perlakuan tersebut 2 atau 3 kali setiap bulannya. Salah satu karakterisik dari cyberbullying adalah terjadi secara berulang kali. Pada data di atas, angka 70% yang mengatakan bahwa serangan hanya terjadi satu atau dua kali saja lalu berhenti, meskipun itu membawa dampak yang menyakitkan juga untuk korban tetapi belum bisa dimasukkan dalam kategori cyberbullying.

·        Jurnal Kelima :
Dampak Pemanfaatan Internet terhadap Siswa
Dampak internet terhadap pelajar sekolah menengah atas ditinjau dari dua
dimensi yaitu dimensi dampak positif dan dimensi dampak negatif. Masing- masing dimensi tersebut dibagi menjadi beberapa indikator yang dijelaskan
sebagai berikut :
Dampak Positif
1. Internet bermanfaat sebagai Media Informasi
Para siswa yang mendapatkan manfaat internet sebagai media informasi
yaitu mendapatkan manfaat dengan taraf sedang sebanyak 41 orang (45,05%),
manfaat tinggi sebanyak 31 orang (34,07%) dan rendah sebanyak 19 orang
(20,88%). Temuan ini mengindikasikan bahwa para siswa mendapatkan manfaat lumayan banyak dari internet sebagai media informasi.
2. Internet bermanfaat sebagai Media Komunikasi
Para siswa yang mendapatkan manfaat internet sebagai media komunikasi
yaitu mendapatkan manfaat dengan taraf sedang sebanyak 45 orang (49,45%), dan rendah sebanyak 46 orang (50,55%). Temuan ini mengindikasikan bahwa para siswa mendapatkan manfaat tidak terlalu banyak dari internet sebagai media komunikasi. Pemanfaatan Internet Dan Dampaknya Pada Pelajar SMA Di Surabaya 10
3. Internet bermanfaat sebagai Media Belajar
Para siswa yang mendapatkan manfaat internet sebagai media belajar yaitu
mendapatkan manfaat dengan taraf tinggi sebanyak 40 orang (43,96%), sedang
sebanyak 32 orang (35,16%) dan rendah sebanyak 19 orang (20,88%). Temuan ini mengindikasikan bahwa para siswa mendapatkan manfaat sangat banyak dari internet sebagai media belajar.
4. Internet bermanfaat sebagai Media Hiburan
Para siswa yang mendapatkan manfaat internet sebagai media hiburan
yaitu mendapatkan manfaat dengan taraf sedang sebanyak 49 orang (53,85%) dan tinggi sebanyak 37 orang (40,66%). Temuan ini mengindikasikan bahwa para swa mendapatkan manfaat sangat banyak dari internet sebagai media hiburan.
5. Internet bermanfaat sebagai Media Bisnis dan Perdagangan
Para siswa yang mendapatkan manfaat internet sebagai media bisnis dan
perdagangan yaitu mendapatkan manfaat dengan taraf tinggi sebanyak 36 orang
(53,85%), rendah sebanyak 32 orang (35,16%) dan sedang sebanyak 23 orang
(25,27%). Temuan ini mengindikasikan bahwa para siswa mendapatkan manfaat cukup banyak dari internet sebagai media bisnis dan perdagangan.

Dampak Negatif
1. Internet menyebabkan sifat sosial pada siswa berkurang.
Para siswa yang mendapatkan dampak negatif internet yaitu mendapatkan
dampak dengan taraf rendah sebanyak 55 orang (60,44%), sedang sebanyak 30
orang (32,97%) dan rendah sebanyak 6 orang (6,59%). Temuan ini
mengindikasikan bahwa para siswa mendapatkan dampak hanya sedikit pada
berkurangnya sikap sosial pada para penggunanya.
2. Internet menyebabkan pola interaksi siswa berubah
Para siswa yang mendapatkan dampak negatif internet yaitu mendapatkan
dampak dengan taraf sedang sebanyak 50 orang (54,95%), dan tinggi sebanyak 26 orang (28,57%). Temuan ini mengindikasikan bahwa intensitas pemanfaatan
internet memberikan dampak yang lumayan besar pada penurunan pola interaksi siswa. Intensitas yang tinggi pada pemanfaatan internet membuat seseorang hanya berinteraksi secara maya melalui internet. Intensitas yang tinggi dalam berinternet menyebabkan seseorang tidak lagi membutuhkan intensitas yang tinggi dengan orang-orang di lingkungannya di dunia nyata.
Elfan Rahardian K. Pemanfaatan Internet Dan Dampaknya Pada Pelajar SMA Di Surabaya 11
3. Internet menyebabkan siswa mengetahui tindakan kejahatan
Para siswa yang mendapatkan dampak negatif internet yaitu mendapatkan
dampak dengan taraf rendah sebanyak 67 orang (73,63%), dan sedang sebanyak
20 orang (21,98%). Temuan ini mengindikasikan bahwa intensitas pemanfaatan
internet memberikan dampak relatif sangat kecil terhadap kecenderungan siswa
mengenali dunia kriminalitas. Sebagai pelajar, seseorang akan cenderung lebih
mengutamakan kebutuhannya dalam belajar dibandingkan dengan kegiatan lain.
4. Internet menyebabkan siswa mengetahui tindakan kejahatan
Para siswa yang mendapatkan dampak negatif internet yaitu mendapatkan
dampak dengan taraf rendah sebanyak 53 orang (58,24%), dan sedang sebanyak
34 orang (37,36%). Temuan ini mengindikasikan bahwa para siswa mendapatkan dampak relatif rendah dari kecenderungan siswa untuk memiliki kebiasaankebiasaan buruk. Siswa yang intensitasnya tinggi menggunakan internet tidak mudah terseret arus untuk mengikuti hal-hal yang tidak berguna dan mengeluarkan biaya khusus. Intensitas pemanfaatan internet yang tinggi tidak banyak mempengaruhi siswa, banyak siswa tidak terlalu pengaruh dengan dampak pemanfaatan internet sehingga tidak menjadi kecanduan hal negatif. Menurut Zakiah (2007), dampak negatif internet salah satunya yaitu dapat membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut. Menurut observasi yang dilakukan, kecanduan hal negatif di internet bukan saja mengenai pornografi, namun juga ketagihan berlangganan kupon permainan. Dalam penelitian ini, ketersediaan gambar telanjang bukan hal utama dalam pemanfaatan internet yang dilakukan oleh para siswa karena lebih banyak siswa yang kurang setuju dibandingkan dengan siswa yang setuju terhadap hal tersebut. Demikian juga kegiatan menghamburhamburkan uang yang dilakukan setelah menggunakan internet tidak disukai oleh para siswa, terbukti bahwa jumlah yang tidak setuju dan kurang setuju merupakan jumlah dominan pada perkara membuang-buang uang untuk urusan yang kurang penting.


KESIMPULAN 


Internet dan teknologi-teknologi lain yang berkaitan tumbuh menjamur dalam tahun-tahun terakhir ini. jutaan situs web tersedia dan penggunaan email menjadi sesuatu yang biasa. Anak yang sering bermain game online karena kurangnya perhatian dari kedua orang tua, ingin hiburan yang dapat dilakukan bersama teman sebaya yang seru, menarik dan animasi yang bagus. Pencegahan pengaruh negative dari jejaring sosial dapat di lakukan mulai dari orang-orang terdekat individu tersebut, seperti orang tua, teman, dan saudara, dan kita sebagai manusia juga harus bersikap kritis dan waspada jangan mudah terbawa arus modern yang sekarang sedang melanda kehidupan, jangan pernah menjadikan jejaring-jejaring sosial tersebut menjadi seperti sebuah kebutuhan pokok dalam kehidupan, namun jadikan jejaring sosial sebagai media yang bermanfaat untuk membantu kehidupan manusia bukan malah menghambatnya dan menyebabkan ketidaknormalan.

                                                                  SARAN 


Saran yg ditujukan kepada peneliti :

1. dengan adanya kasus – kasus diatas menunjukan suatu perubahan ataupun dampak internet dikalangan remaja bahkan dewasa .
2. Peneliti sudah jelas dalam menerangkan metode maupun dalam kesimpulan.
3. Dalam menjelaskan dampak negative dan positif nya pun sudah jelas karena memiliki sumber yg nyata .
4. Bahasa yang di pakai oleh peneliti mudah dipahami.
5. Pembahasannya singkat namun jelas.


 Referensi Jurnal :  


  1. Ekasari P. & Darmawan Arya .H (2012). Dampak Sosial Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet  Dalam Kehidupan Remaja di Pedesaan. Vol 06 No 01. 
  2. Qomariah Nur A. (2010). Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan. Vol 03 No 1. 
  3. Ruhban A. (2013). Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook pada Remaja. Vol 01 No. 02. 
  4. Flourensia Sapti Rahayu. (2010). Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi. Vol 08 No 01.
  5. Elfan Rahadian K. (2010) . Pemanfaatan Internet dan Dampaknya pada Pelajar Sekolah Menengah Atas. Vol 5 No 02




 

Olive's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review