Ø
Pembahasan
Internet
addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang
ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek
candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan
dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya. Internet Addiction sebagaimana
kecanduan obat-obatan, alkohol dan judi akan mengakibatkan kegagalan akademis,
menurunkan kinerja, perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. (Young,
1996b:20)
Internet Addiction
Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi
segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial,
email, pornografi, judi online, game online, chatting dan
lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada
Hasil suatu pendapat online
oleh salah satu internet provider di Jerman, yang diikuti oleh sekitar 1900
responden, menyatakan bahwa sekitar 12% responden menghabiskan waktu lebih dari
10 jam sehari untuk online, dan sekitar 13% responden mengaku
menghabiskan waktu 6-10 jam sehari untuk online. Di China, sekitar 6,4%
mahasiswanya mengalami kecanduan internet. Rata-rata, mereka menghabiskan 38,5
jam dalam seminggu untuk online. Sedangkan di Finlandia, banyak remaja
yang sedang menjalani wajib militer terpaksa dipulangkan, karena internet
addiction, dan tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan remaja-remaja
lainnya. (Irawati, iprillia.multiply.com).
Ketidakmampuan
seseorang dalam mengontol diri untuk terkoneksi dengan internet dan melakukan
kegiatan bersamanya adalah cikal bakal dari lahirnya bentuk kecanduan ini,
bahkan di Amerika Serikat sendiri telah berdiri panti rehabilitasi untuk
menyembuhkan bentuk kecanduan khusus internet. Kebiasaan yang tidak terkendali
memang terkadang dapat menimbulkan petaka tersendiri bagi diri kita, dengan
tidak bisa mengatur lamanya durasi berinternet, menghabiskan waktu dan menghancurkan
semua tanggung jawab dalam kehidupannya. Berdasarkan fenomena dan masalah yang
timbul permasalahan tentang internet addiction yang berdampak negatif
pada mahasiswa, baik dampak secara psikologis maupun kehidupan sosial remaja.
Kecanduan
internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa bernama
Ivan Goldberg. Jenis kecanduan
internet ada tiga yaitu; bermain games yang berlebihan, kegemaran
seksual dan e-mail/pesan teks (chatting).
Sedangkan gejala-gejala kecanduan
internet adalah sebagai berikut:
1.
Pikiran pecandu internet terus-menerus
tertuju pada aktivitas berinternet dan sulit untuk dibelokkan ke arah lain.
2.
Adanya kecenderungan penggunaan waktu
berinternet yang terus bertambah demi meraih tingkat kepuasan yang sama dengan
yang pernah dirasakan sebelumnya.
3.
yang bersangkutan secara berulang gagal
untuk mengontrol atau menghentikan penggunaan internet
4.
Adanya perasaan tidak nyaman, murung,
atau cepat tersinggung ketika yang bersangkutan berusaha menghentikan
penggunaan internet.
5.
Adanya kecenderungan untuk tetap on-line
melebihi dari waktu yang ditargetkan.
6.
Penggunaan internet itu telah membawa
risiko hilangnya relasi yang berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan karier.
7.
Penggunaan internet menyebabkan pengguna
membohongi keluarga, terapis, dan orang lain untuk menyembunyikan
keterlibatannya yang berlebihan dengan internet.
8.
Internet digunakan untuk melarikan diri
dari masalah atau untuk meredakan perasaan-perasaan negatif seperti rasa
bersalah, kecemasan, depresi, dan sebagainya.
Ada dua gejala yang senantiasa muncul dalam diri pecandu, yakni tolerance
effect dan withdrawal syndrome. Yang dimaksud dengan tolerance effect adalah
kecenderungan semakin bertambahnya waktu akses internet maupun semakin
meningkatnya derajat konten porno, misalnya, agar pecandu memeroleh efek
kenikmatan dan keterangsangan yang sama dengan sebelumnya. Sedangkan withdrawal
syndrome adalah perasaan ketidaknyamanan dan kegelisahan yang sangat ketika
pecandu tidak bias atau mengalami hambatan berinternet. Kedua gejala ini
menjelaskan mengapa pecandu sering tidak menjadi lebih baik, malah semakin
terbelenggu oleh kecanduan yang semakin dalam dari waktu ke waktu.
Secara khusus, sejumlah
gejala pola perilaku telah dicantumkan oleh Kimberley Young, seorang peneliti
tentang kecanduan internet, untuk menentukan apakah seseorang sudah digolongkan
sebagai pecandu. Simtom itu adalah sebagai berikut:
1.
Pikiran pecandu internet terus-menerus
tertuju pada aktivitas berinternet dan sulit untuk dibelokkan ke arah lain Adanya
kecenderungan penggunaan waktu berinternet yang terus bertambah demi meraih
tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah dirasakan sebelumnyayang
bersangkutan secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan
penggunaan internet.
2.
Adanya perasaan tidak nyaman, murung,
atau cepat tersinggung ketika yang bersangkutan berusaha menghentikan
penggunaan internet.
3.
Adanya kecenderungan untuk tetap on-line
melebihi dari waktu yang ditargetkan.
4.
Penggunaan internet itu telah membawa
risiko hilangnya relasi yang berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan karier.
5.
Penggunaan internet menyebabkan pengguna
membohongi keluarga, terapis, dan orang lain untuk menyembunyikan
keterlibatannya yang berlebihan dengan internet.
6.
Internet digunakan untuk melarikan diri
dari masalah atau untuk meredakan perasaan-perasaan negatif seperti rasa
bersalah, kecemasan, depresi, dan sebagainya
Seorang pengguna sudah dapat digolongkan
sebagai pecandu internet bila ia memenuhi sedikitnya lima dari delapan kriteria
yang disebutkan Young ini. Dari gambaran yang diajukan oleh Young ini, nampak
bahwa kecanduan pada internet memberi dampak kerusakan pada tiga fungsi utama
kepribadian, yakni fungsi pengendalian perasaan, fungsi akademis dan pekerjaan,
dan fungsi relasi. Dengan kata lain, kecanduan internet berpotensi melumpuhkan
kepribadian individu. Bila perkiraan 11% pengguna adalah pecandu internet
merupakan perkiraan yang cukup akurat, dapat dibayangkan bagaimana hebatnya
dampak kerusakan yang terjadi pada lingkup nasional bila pengguna internet di
Indonesia telah melebihi 25 juta orang.
Kecanduan diklasifikasikan menurut intensitas penggunaannya. Pratarelli dkk. (1999) membagi penggunaan internet ke dalam empat model:
1.
Model pertama adalah gangguan perilaku
berupa penggunaan internet secara berlebihan,yang biasa disebut kecanduan
internet.
2.
Model kedua adalah penggunaan internet
secara fungsional, produktif, dan bermakna.
3.
Model ketiga adalah penggunaan internet
untuk mendapat kepuasan seksual dan atau mendapat keuntungan sosial. Pada model
ketiga ini biasanya orang yang pemalu atau introvert menggunakan internet untuk
bersosialisasi atau mengekspresikan fantasinya.
4.
Model yang terakhir adalah individu yang
tidak atau hanya sedikit tertarik pada internet.
5.
Kategorisasi yang dikembangkan oleh
Young (1999) didasarkan atas jenis aktivitas yang dilakukan para pengguna
internet.
Kategorisasi yang searah dengan Young (1996)
ini justru semakin berkembang. Young membagi kecanduaninternet ke dalam
lima kategori, yaitu:
1.
Cybersexual addiction, yaitu seseorang
yang melakukan penelusuran dalam situs‐situs
porno atau cybersex secara kompulsif .
2.
Cyber‐relationship
addiction, yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber.
3.
Net compulsion, yaitu seseorang yang
terobsesi pada situs‐situs perdagangan
(cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casino).
4.
Information overload, yaitu seseorang
yang menelusuri situs‐situs informasi secara
kompulsif.
5.
Computer addiction, yaitu seseorangyang
terobsesi pada permainan‐permainan online
(online games)
Referensi
Ø Sari
Dewi Yuhana Ningtyas (2012). Hubungan
Self Control dengan Internet Addiction Pada Mahasiswa. Volume 01 nomor 01 1
– 6
Ø
Trecy Whitny Santoso & Sugiharto
Suharso (2012). Periaku Kecanduan Permainan Internet. Volum
02 nomor 01 1-5
Ø Tirania
Dwiratri, Suci Murti Karini, Macmuroch. Hubungan
antara Kecanduan Internet dan Depresi Pada Mahasiswa Pengguna Warna di
Kelurahan Jebes Surakarta. Hal 1-10
Ø Widiana, H.S., Retnowati, S., Hidyat, R., Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Indonesian
Psychologycal Journal Vol.1 No. 1. Hal 6-16
Ø Hasibuan, Adlin. (2014).
Sistem Pakar Diagnosa Kecanduan Menggunakan Internet (Internet Addiction)
Menggunakan Metode Certainty Factor. Pelita Informatika Budi Dharma. Volume
6 nomor 3. Hal 143-147
0 komentar:
Posting Komentar